@thesis{thesis, author={ }, title ={ISOLASI DAN OPTIMASI PARAMETER LINGKUNGAN (pH, INTENSITAS CAHAYA, DAN SUHU) KULTUR Spirulina sp. DALAM KONDISI LABORATORIUM}, year={0000}, url={https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/11611}, abstract={Mikroalga, khususnya Spirulina sangat berperan dalam akuakulur dan telah dikenal sebagai sumber makanan bagi manusia karena banyaknya kandungan nutrisi seperti protein, vitamin, pigmen karotenoid, lipid, serta polisakarida. Selain sebagai bahan pangan bagi manusia, Spirulina juga digunakan sebagai pakan hewan serta industri kosmetik. Oleh karena itu kultur massal Spirulina menjadi sangat penting bagi para produsen mikroalga untuk memenuhi kebutuhan pasar tersebut. Teknik isolasi menjadi sangat penting untuk memperoleh isolat Spirulina yang baik serta kondisi kultur yang optimum merupakan faktor penting dalam kultur massal Spirulina. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan isolat Spirulina sp dari lingkungan alami serta mengetahui kondisi pH, intensitas cahaya serta suhu optimum pada kultur Spirulina sp..Dari tiga metode isolasi yang dilakukan untuk memperoleh isolat Spirulina (tuang, gesek dan pipetting), metode pipetting merupakan satu-satunya metode yang berhasil. Isolat yang diperoleh berasal dari Waduk Saguling, Desa Cihampelas, Jawa Barat. Optimasi dilakukan menggunakan metode optimasi satu faktor (single variable method). Terdapat tiga variasi pada setiap faktor, yaitu pH (9, 10, 11), intensitas cahaya (2500, 3500, 4500 lux) dan suhu (28, 31, 33 oC), masing-masing dengan lima kali ulangan. Pertumbuhan diukur menggunakan beberapa parameter, yaitu kepadatan sel yang dihitung dengan pengamatan mikoskopik, laju pertumbuhan spesifik (ro) dan daya dukung (K). Setiap parameter dianalisis menggunakan uji ANOVA dan uji lanjut Duncan.Pada perlakuan pH, masing-masing perlakuan mengalami puncak pertumbuhan pada hari ke-22 dengan kepadatan sel tertinggi dicapai oleh pH 10 (2,82 x 105 sel/mL) dan yang terendah pada pH 11 (2,33 x 105 sel/mL). Daya dukung yang tertinggi diperoleh pada pH 10 (3,09 x 105 sel mL-1) dan yang terendah pH 11 (2,66 x 105 sel mL-1). Laju pertumbuhan spesifik pada pH 10 (3,060 x 103 sel mL-1 hari-1) merupakan nilai yang paling rendah, sedangkan yang tertinggi terdapat pada pH 9 (3,361 x 103 sel mL-1 hari-1). Pada perlakuan intensitas cahaya, puncak pertumbuhan diperoleh pada hari ke-21 dengan nilai tertinggi pada perlakuan 3500 lux (3,90 x 105 sel/mL) dan yang terendah pada perlakuan 2500 lux (2,36 x 105 sel/mL). Daya dukung pada intensitas cahaya 3500 lux merupakan nilai yang tertinggi (3,96 x 105 sel mL-1) dan yang terendah 2500 lux (3,43 x 105 sel mL-1). Laju pertumbuhan spesifik pada intensitas cahaya 4500 lux (3,643 x 103 sel mL-1 hari-1) merupakan nilai yang paling rendah sedangkan yang tertinggi pada 3500 lux (3,964 x 103 sel mL-1 hari-1). Pada perlakuan suhu, nilai tertinggi diperoleh pada suhu 33oC (1,63 x 105 sel/mL) dan nilai terendah pada hari ke-15 dan nilai terendah sedangkan pada perlakuan suhu 28oC (1,39 x 105 sel/mL) pada hari ke-21. Daya dukung tertinggi diperoleh pada suhu 33oC (2,08 x 105 sel mL-1) dan nilai terendah pada suhu 28oC (1,63 x 105 sel mL-1). Laju pertumbuhan spesifik terendah diperoleh pada suhu 33oC (3,595 x 103 sel mL-1 hari-1) dan yang tertinggi diperoleh pada suhu 28oC (3,743 x 103 sel mL-1 hari-1). Berdasarkan hasil yang didapatkan, diketahui bahwa isolat mikroalga Spirulina sp. dari lingkungan alami dapat diperoleh menggunakan metode pipetting dan dapat ditumbuhkan dalam skala laboratorim dengan parameter lingkungan optimum pada pH 10, intensitas cahaya 3500 lux, serta suhu 33oC dengan umur kultur efektif 22 hari.} }