@thesis{thesis, author={ }, title ={STUDI KORELASI DIFFUSE INTERSTELLAR BANDS (DIBS) PADA PLANETARY NEBULAE }, year={0000}, url={https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/27015}, abstract={Diffuse Interstellar Bands (DIBs) merupakan fitur absorpsi yang biasa ditemukan di spektrum bintang atau objek lain yang mengalami pemerahan. Fitur ini biasanya teramati pada panjang gelombang optik dan inframerah. Saat ini DIBs aktif diteliti untuk memahami properti dan molekul kimia yang membawanya (carrier), serta menentukan pengaruhnya dalam pengayaan materi antar-bintang. Salah satu molekul yang diduga kuat sebagai carrier dari DIBs adalah fullerenes seperti C60 dan C70 dan telah terkonfirmasi menggunakan eksperimen laboratorium bahwa DIBs 9577 Å dan 9632 Å berasal dari C60+. Hal ini menarik karena molekul tersebut terdeteksi di Planetary Nebulae (PN), sehingga DIBs dapat dipelajari secara detail pada lingkungan yang kaya akan fullerenes. Dalam tesis ini akan diteliti tentang keberadaan DIBs di sejumlah PN. Data spektroskopi optik bintang pusat PN yang digunakan diperoleh dari arsip data pengamatan Gemini Multi-Object Spectrographs (R ~ 1000 Ã?Â? 2300) yang terpasang di Teleskop Gemini Utara dan Selatan 8,1 m, spektrograf IDS (R ~ 2300) yang terpasang di Teleskop Isaac Newton 2,5 m dan spektrograf REOSC yang terpasang pada teleskop di CASLEO 2,15 m. Reduksi data, koreksi kecepatan radial, dan normalisasi tiap spektrum dilakukan dengan menggunakan IRAF. Seleksi berdasarkan kelas spektrum objek dan rasio signal-to-noise dilakukan hingga akhirnya didapat 40 spektra objek. Identifikasi DIBs dilakukan untuk setiap spektrum objek, kemudian lebar setara (EW) dan Full-Width at Half Maximum (FWHM) diukur. Pengukuran EW dilakukan dengan menggunakan model empirikal DIB yang diturunkan dari data pengamatan resolusi tinggi. Model tersebut kemudian dikonvolusikan dengan profil instrumen untuk mendapatkan model empirikal DIB dengan resolusi yang sesuai dengan data pengamatan. Profil DIBs yang teridentifikasi pada data pengamatan kemudian di-fitting menggunakan model DIB. Hasil fitting kemudian diintegrasikan untuk mendapatkan nilai EW. Studi korelasi hanya dilakukan untuk 3 DIBs yaitu 4430, 5780 dan 6283 Å terhadap nilai E(B-V) dan antar DIBs dikarenakan data pengamatan memiliki resolusi rendah. Hal tersebut menyebabkan sulitnya identifikasi dan pengukuran karena profil DIB secara umum lemah dan mengalami blending dengan garis absorpsi yang berasal dari bintang, atmosfer Bumi atau DIB lain jika diamati dengan menggunakan spektrograf resolusi rendah. Secara umum, korelasi positif ditemukan terhadap nilai E(B-V). Namun, tidak ditemukan adanya skin effect pada studi korelasi sampel data bintang pusat PN dalam pekerjaan ini. Korelasi lemah ditemukan untuk DIB 5780 Å terhadap DIB 6283 Å. Sebaliknya, korelasi kuat ditemukan untuk DIB 4430 Å terhadap DIB 5780 Å dan 6283 Å. Studi korelasi ini juga dilakukan untuk PN yang telah teridentifikasi mengandung C60 dari analisis spektrum mid-infrared yang diambil dari arsip data pengamatan Spitzer IRS, yaitu untuk PN M 1-6, M 1-11, M 1-12 dan IC2501. Hasilnya adalah DIB 4430, 5780 dan 6283 Å menunjukkan korelasi positif terhadap nilai E(B-V), sedangkan DIB 6283 Å terlihat memiliki korelasi kuat dengan DIB 4430 Å dan 5780 Å. Untuk melihat hubungan evolusi bintang dengan fullerenes, model fotoionisasi PN M 1-6 dibangun dengan menggunakan Cloudy C13.05. Hasil model fotoionisasi untuk PN M 1-6 menunjukkan bahwa PN M 1-6 berasal dari bintang bermassa kecil (1,5 Ã?Â? 2,5 M⨀) dan Z = 0.004. Hal ini mendukung pernyataan kelimpahan C60 akan lebih besar di lingkungan yang metalisitasnya rendah. } }