@thesis{thesis,
		author={ },
		title ={REDUKSI PENGGUNAAN SENYAWA PENGARAH STRUKTUR MENUJU SINTESIS ZEOLITE SOCONY MOBIL–5 (ZSM-5) BERPORI HIRARKI BEBAS SENYAWA ORGANIK},
		year={0000},
		url={https://digilib.itb.ac.id/gdl/view/32821},
		abstract={Zeolit ZSM-5 (Zeolite Socony Mobil-5) adalah material kristalin aluminosilikat dengan sistem kerangka MFI yang memiliki mikropori (< 2 nm). ZSM-5 berpori hirarki merupakan zeolit yang memiliki pori tambahan dalam skala mesopori (2<x<50 nm). ZSM-5 berpori hirarki memiliki potensi yang besar untuk dapat dijadikan sebagai katalis pada molekul reaktan berukuran besar sehingga dapat berdifusi tanpa hambatan. Pada umumnya sintesis zeolit ZSM-5 berpori hirarki menggunakan senyawa organik sebagai pengarah struktur zeolit (Structure-Directing Agent, SDA) dan pembentuk pori hirarki yang biasanya menggunakan surfaktan. Penggunaan senyawa organik pada sintesis zeolit dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena dalam tahap akhir sintesis, senyawa organik harus dihilangkan dengan perlakuan termal untuk membuka pori zeolit. Untuk itu diperlukan metoda sintesis alternatif yang lebih efisien, ekonomis dan ramah lingkungan. Sintesis ZSM-5 berpori hirarki dengan hanya memanfaatkan senyawa organik SDA dapat dilakukan melalui metoda kristalisasi hidrotermal bantuan-uap (Steam-Assisted Crystallization, SAC). Dalam penelitian ini, ZSM-5 berpori hirarki dengan kristalinitas yang tinggi serta distribusi mesopori dengan keseragaman tinggi dapat dihasilkan. Penggunaan senyawa organik dapat direduksi menuju sintesis zeolit bebas senyawa organik.
Zeolit ZSM-5 berpori hirarki disintesis menggunakan metoda hidrotermal SAC, dengan perbandingan molar standar pereaksi adalah 1 SiO2 : 0,13NaOH : 0,025 Al2O3 : 0,24SDA : 37,5H2O. Sintesis dilakukan melalui 2 tahap yaitu (a) pembuatan gel kering (dry gel) dan (b) kristalisasi gel kering dengan bantuan uap air. Pada tahap pertama, bahan-bahan pereaksi dicampurkan dan diaduk dengan kecepatan 600 rpm sampai campuran homogen selama 24 jam. Selanjutnya campuran ini dievaporasi pada suhu ruang selama 6 hari dan suhu 100 ?C selama 4-5 jam sehingga diperoleh gel kering. Tahap kristalisasi gel kering dilakukan dengan memasukkan 0,3 gram gel kering ke dalam bejana kecil terbuat dari teflon berukuran 5 mL. Bejana kecil ini kemudian dimasukkan ke dalam bejana berukuran lebih besar (terbuat dari teflon) dimana terdapat air sebanyak 5 mL.
Rangkaian bejana ini dimasukkan ke dalam autoklaf stainless steel dan dipanaskan menggunakan oven pada suhu 150 ?C selama beberapa jam atau hari. Kemudian autoklaf ini didinginkan, padatan dicuci menggunakan air destilasi sebanyak dua kali dan dikeringkan pada suhu 60?C. Struktur zeolit ditentukan dengan teknik karakterisasi difraksi sinar-X serbuk. Analisis pori hirarki didapat dari pengukuran kurva isotermal adsorpsi-desorpsi N2. Morfologi kristal zeolit diamati dengan menggunakan mikroskop elektron (Scanning Electron Microscopy, SEM).
ZSM-5 berpori hirarki hasil sintesis menunjukkan kristalinitas yang tinggi dan distribusi mesopori dengan keseragaman tinggi. Dengan bantuan-uap, kristalisasi dapat dikontrol sehingga mesopori dari matriks gel dapat dijaga hingga tumbuhnya fasa kristalin zeolit. Senyawa organik SDA dapat direduksi lima kali hingga dua puluh kali dan zeolit dengan kristalinitas tinggi masih dapat dihasilkan. Sintesis ZSM-5 berpori hirarki tanpa penambahan senyawa organik (bebas SDA) dapat dilakukan menggunakan metoda benih-SAC. Gel prekursor dengan perbandingan molar 1 SiO2 : 0,025Al2O3 : 0,13NaOH : 37,5 H2O dapat memberikan fasa kristalin zeolit tinggi dengan menambahkan 1 % (b/b) benih, yaitu zeolit MFI mengandung aluminium (ZSM-5) atau tanpa alumunium (Silikalit-1). ZSM-5 hasil sintesis bebas SDA memiliki mesopori dengan diameter pori sekitar 2-3 nm. Pembentukan ZSM-5 dalam campuran prekursor tanpa penambahan senyawa organik menggunakan metoda benih-SAC terjadi melalui beberapa tahap. Tahap ini diawali dengan pelarutan kristal benih. Amorf aluminosilikat yang terbentuk akibat pelarutan kristal benih dapat mengalami nukleasi (amorf sekunder). Benih residu dan benih yang terbentuk akibat nukleasi amorf sekunder akan mengalami kristalisasi menggunakan nutrien yang terdapat dalam campuran prekursor. Nukleasi dalam jumlah besar akan menghasilkan sejumlah kristal-kristal kecil (nano-kristal). Selama proses hidrotermal dengan bantuan uap (SAC), nanokristal dapat mengalami agregasi membentuk partikel zeolit yang lebih besar. Proses agregasi ini diikuti dengan pembentukan celah diantara nanokristal yang disebut sebagai mesopori.}
		}