@thesis{thesis, author={DHENA Alexander Raymond}, title ={Iklan Dan Pengobjekan Tubuh Perempuan: Sebuah Tinjauan Dari Perspektif Teologi Tubuh Yohanes Paulus II}, year={2020}, url={http://103.56.207.239/116/}, abstract={Tujuan utama penulisan skripsi ini adalah menjelaskan realitas pengobjekan tubuh perempuan dalam iklan dalam terang Teologi Tubuh Yohanes Paulus II. Untuk itu, metode penelitian yang digunakan dalam menyelesaikan tulisan ini adalah metode analisis data sekunder. Dalam metode analisis data sekunder ini, penulis melakukan sebuah studi pustaka untuk menemukan pendasaran teoretis berupa ide, pendapat, atau juga pandangan yang mendukung penulis menjawabi masalah yang diangkat terkait pengobjekan tubuh perempuan dalam iklan. Iklan adalah suatu bentuk komunikasi massa yang dilakukan oleh seseorang, instansi, lembaga atau perusahaan berupa pesan menarik perihal produk atau jasa yang dialamatkan kepada khalayak. Dalam hal ini, iklan pada umumnya dimaksudkan untuk membujuk serta mendorong masyarakat untuk memiliki suatu ketertarikan terkait produk berupa barang atau jasa yang ditawarkan. Dengan demikian, karena dilatarbelakangi oleh kepentingan memikat pasar, para produser iklan tidak habis akal. Pelbagai upaya dibuat, salah satunya dengan memanfaatkan keberadaan kaum perempuan sebagai model iklan. Perempuan melalui tubuhnya kerap dijadikan ikon dalam media periklanan. Kenyataan yang sesungguhnya mengafirmasi paradigma pasar, bahwa tubuh perempuan dalam iklan merupakan daya tarik yang efektif untuk memikat pasar. Oleh karena itu, iklan, baik cetak maupun elektronik tidak urung telah menjadikan tubuh perempuan sebagai komoditas yang mampu memberikan keuntungan bagi dirinya. Iklan sedapat mungkin “membungkus” tubuh perempuan, sehingga kiprahnya terus meningkat dan mendulang profit. Dengan demikian, selain memasarkan produk iklan sesungguhnya juga turut mengobjekkan tubuh perempuan. Para model iklan seakan ditempatkan di atas panggung pasar dan menjadi tokoh utama setiap narasi yang dibangun para produsen iklan. Dengan demikian, iklan menjadi media yang sedang “mempertontonkan tubuh” perempuan melalui setiap aktus pemasaran produk tertentu. Tubuh yang seyogyanya merepresentasikan keutuhan dan keluhuran martabat manusia sebagai citra Allah, seakan mengalami pergeseran makna, saat tubuh dijadikan objek dagang. Bahkan, tubuh ditempatkan sejajar dengan produk yang dipasarkan melalui iklan. Menyikapi kenyataan ini, Yohanes Paulus II dalam konsep Teologi Tubuhnya menegaskan bahwa pribadi manusia bukanlah pribadi instrumental, yang hidupnya senantiasa didasarkan pada kalkulasi dan perhitungan kepentingan serta keuntungan. Yohanes Paulus II tampak menempatkan pribadi manusia sebagai subjek pada inti gagasannya. Suatu kenyataan paling fundamental saat misteri penciptaan menjadi acuannya. Kenyataan bahwa manusia diciptakan sebagai citra Allah, tercipta menurut gambar dan rupa Pencipta. Dengan demikian, gambaran Yohanes Paulus II tentang tubuh sebagai pribadi merupakan sebuah lecutan kritis terhadap praktik instrumentalisasi yang dapat dijumpai dalam media iklan. Pengobjekan tubuh perempuan dalam iklan telah membuat gambar dan rupa Allah, dimensi Ilahi dalam kebertubuhan seorang perempuan menjadi rusak dan terpecah. Dengan alasan estetika maupun kebebasan berekspresi, para produrer iklan sesungguhnya hanya sedang membangun suatu pembelaan untuk membungkus kenyataan pengobjekan tubuh seorang perempuan. Pasalnya, dengan hanya menampilkan unsur sensual tubuh yang memantik interese massa, iklan secara tidak langsung telah menempatkan unsur sensual tubuh sebagai bagian yang terpisah dari keberadaannya sebagai tubuh yang berpribadi. Imbasnya, baik perempuan maupun produk yang diiklankannya sama-sama dipandang sebagai objek yang memikat pasar. Oleh karena itu, berangkat dari kenyataan iklan dan pengobjekan tubuh perempuan, penulis berusaha merefleksikan kembali nilai tubuh perempuan yang kerap diobjekkan dalam sebuah iklan dengan berkaca pada Teologi Tubuh Yohanes Paulus II. Sebagai sebuah teologi, tubuh adalah bahasa yang mengungkapkan Allah yang tidak kelihatan. Dalam dan melalui tubuhnya, manusia merepresentasikan kenyataan Allah yang tidak terlihat. Selain itu, tubuh adalah pribadi oleh karena keserupaannya dengan Allah yang telah menjadikannya. Tubuh adalah juga pribadi, subjek dengan keutuhannya dalam relasi perjumpaannya dengan “penolong yang sepadan” dengan dirinya. Karena dari padanyalah, manusia menyadari dan menegaskan keberadaannya sebagai pribadi. Dari padanyalah, manusia mewujudkan kenyataan dirinya sebagai pribadi dalam sebuah relasi intersubjektivitas, sebuah relasi antar pribadi, yang tidak ia jumpai dalam diri ciptaan lain yang diberikan Pencipta kepadanya.} }