@thesis{thesis, author={MERE Leonardus Liberto}, title ={Penguatan Keterlibatan Imam Diosesan Dalam Mengatasi Krisis Lingkungan Hidup}, year={2020}, url={http://103.56.207.239/117/}, abstract={Penulisan skripsi ini betujuan untuk (1) mendeskripsikan siapa dan apa itu imam diosesan beserta keterlibatan yang dijalankannya, (2) mengetahui dan memahami pelbagai krisis dan masalah yang terkait dengan lingkungan hidup, (3) mengetahui dan menganalisis penguatan peran para imam diosesan dalam mengatasi krisis lingkungan hidup. Dalam proses penulisan skripsi ini, jenis studi dan penelitian yang dilalui penulis adalah jenis studi dan penelitian kepustakaan karena itu metode yang digunakan dalam menggarap tulisan ini adalah metode analisis data sekunder. Dalam tulisan ini penulis menemukan bahwa dunia kita akhir-akhir ini seringkali dilanda oleh sebuah krisis ekologis yang begitu memprihatinkan. Sebut saja kekacauan iklim, kerusakan hutan, pencemaran air, polusi udara, lahan kritis dan pelbagai persoalan ekologis lainnya. Dampak dari pelbagai krisis tersebut tidak saja mengancam keutuhan lingkungan hidup itu sendiri, melainkan juga telah mengancam kehidupan segala makhluk yang hidup dan berdiam di dalamnya termasuk juga manusia. Bertolak dari fenomena tersebut, Gereja melalui imam diosesan merasa ditantang untuk mengaktualisasikan keterlibatannya dalam mengatasi krisis lingkungan hidup yang kian marak dewasa ini. Dalam pelbagai keterlibatan yang mereka jalankan terutama dalam mengatasi krisis lingkungan hidup, para imam diosesan mencoba untuk mengadopsi cara hidup dan spiritualitas pelayanan Yesus dengan bertindak sebagai imam, nabi dan raja. Sebagai seorang imam, pertama-tama mereka mesti menyadari bahwa lingkungan hidup merupakan entitas ciptaan Allah yang bersifat sakral atau kudus. Karena itu dalam pelbagai keterlibatan yang mereka jalankan, para imam diosesan berusaha untuk menghormati dan menjaga kesakralan dari lingkungan hidup tersebut dengan bertindak sebagai wakil Allah. Sebagai seorang nabi, keterlibatan yang mereka jalankan adalah menyurakan ketidakadilan dan mengadvokasi masyarakat kecil yang tersubordinasi oleh sebuah sistem yang menghancurkan tatanan lingkungan hidup secara serampangan. Sebagai seorang raja, keterlibatan utama yang dilaksanakan oleh para imam diosesan adalah memimpin dan mengembalakan domba-dombanya untuk menemukan jalan keluar yang tepat guna mengatasi krisis lingkungan hidup. 2 Dalam catatan evaluatif atas keterlibatan para imam diosesan dalam mengatasi krisis lingkungan hidup, penulis menemukan bahwa pelbagai keterlibatan yang telah mereka jalankan selama ini sejatinya baik. Namun masih ada begitu banyak kendala dan kekurangan pada pelbagai keterlibatan yang telah mereka jalankan. Seturut pembacaan penulis, ada beberapa hal yang masih menjadi kekurangan dan kendala dalam seluruh keterlibatan yang dijalankan oleh para imam diosesan baik dalam keterlibatannya sebagai imam, nabi maupun raja. (1) Dalam keterlibatannya sebagai imam, imam diosesan acapkali melalaikan doa dan ekaristi. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman dan kesadaran mereka akan pentingnya doa dan ekaristi. (2) Dalam keterlibatannya sebagai nabi, imam diosesan cenderung tidak siap, ragu-ragu dan bersikap apatis. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor misalnya kurangnya pemahaman para imam diosesan akan permasalahan yang terjadi, ketiadaan akses untuk mendapatkan informasi terkait dengan permasalahan yang terjadi, dan ketiadaan minat untuk melibatkan diri dalam mengadvokasi permasalahan yang terjadi. (3) Dalam keterlibatannya sebagai raja, imam diosesan cenderung bersikap otoriter, tidak mau bersolider dengan masyarakat kecil, dan peran yang dijalankan cenderung tidak proposional atau tidak seimbang. Catatan evaluatif ini dibuat agar darinya ditemukan suatu cara yang tepat untuk mengatasi kekurangan dan kendala dalam pelbagai keterlibatan yang dijalankan oleh para imam diosesan. Penulis sendiri menemukan bahwa salah satu cara yang tepat untuk mengatasi kekurangan dan kendala dari pelbagai peran yang telah dijalankan para imam diosesan adalah dengan melakukan penguatan peran. Penulis menawarkan beberapa aspek penunjang yang mesti dilakukan para imam diosesan guna menguatkan keterlibatannya baik itu dalam kapasitasnya sebagai imam, nabi maupun raja. Sebagai seorang imam, para imam diosesan pertama-tama mesti menyadari bahwa tugas utama mereka adalah menguduskan para umat dan segala entitas ciptaan Allah. Tindakan pengudusan itu dilakukan dengan mengembangkan kehidupan rohani dan merayakan sakramen Gereja, misalnya ekaristi. Ekaristi itu sendiri merupakan sebuah perayaan keutuhan ciptaan. Maka dari itu, ekaristi mesti menjadi bagian integral dalam kehidupan seorang imam diosesan. Sebagai seorang nabi, hal utama yang mesti dilakukan oleh imam diosesan untuk menguatkan keterlibatannya adalah (1) menyadari hakikat dan tugas utama dari seorang nabi dalam mewartakan Sabda Allah, (2) meningkatkan kemampuan analisis sosial, (3) meningkatkan kepekaan sosial dan daya kritis. Dan sebagai seorang raja, hal utama yang mesti mereka lakukan adalah (1) menyadari hakikat dan perannya sebagai seorang raja, (2) 3 meningkatka} }