@thesis{thesis, author={LELANGWAYAN Athanasius}, title ={Ensiklik Laudato Si’ Dan Kritik Atas Krisis Ekologi}, year={2020}, url={http://103.56.207.239/18/}, abstract={Krisis ekologi yang telah dan sedang kita alami saat ini adalah buah dari kesalahan manusia dalam memandang dirinya dan alam. Kesalahan cara pandang ini membuat manusia menjadikan alam hanya sebatas objek untuk memenuhi kebutuhan vitalnya dan untuk memperkaya diri dengan menjadikan alam dan kekayaan yang terkandung di dalamnya sebagai komoditi. Akibat dari kesalahan cara pandang ini, alam kehilangan nilainya sebagai ciptaan Allah. Martabat alam disubordinasikan. Relasi manusia dengan alam dilihat hanya dalam relasi instrumentalistik. Alam hanya berguna kalau ia dapat menyediakan kebutuhan vital manusia. Cara pandang semacam inilah yang menjadi alasan mendasar dari munculnya berbagai kejahatan terhadap alam yang dilakukan oleh manusia, yang pada akhirnya telah membawa alam ini pada situasi krisis. Situasi krisis ini nyata dalam berbagai bentuk seperti, polusi udara di mana-mana, perubahan iklim yang tidak menentu, kelangkaan dan pencemaran air, banyaknya sampah dan limbah yang dibuang begitu saja ke alam dan hilangnya berbagai keanekaragaman hayati yang menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia dan alam. Selain kesalahan cara pandang manusia terhadap dirinya dan alam, krisis ekologi juga disebabkan oleh kesalahan manusia menggunakan segala bentuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekalipun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai dampak yang positif bagi manusia, namun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga membuka kemungkinan bagi manusia untuk berlaku egois terhadap alam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai bidang tidak bisa dilepaskan dari upaya negara-negara maju dan para kapitalis untuk mendominasi peradaban manusia dan alam. Tanpa kita sadari, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyeragamkan budaya hidup kita menjadi satu budaya, yakni budaya konsumtif yang tiada batas. Budaya konsumtif yang tiada batas ini membuat manusia rela menghancurkan hidup dirinya sendiri, sesamanya dan alam ciptaan. Pola pikir dan perilaku seperti inilah yang mendorong Paus Fransiskus menyuarakan kepada dunia tentang martabat alam dan posisinya dalam hidup manusia. Melalui Ensiklik Laudato Si’, Paus Fransiskus mengingatkan dunia bahwa alam ciptaan adalah buah karya agung Allah dan merupakan bukti cinta dan kasih Allah kepada manusia dan juga bahwa ada nilai-nilai spritual pada alam yang menghubungkan antara alam, manusia dan Allah. Alam bukan semata-mata objek, tetapi ia juga adalah subjek. Paus Fransiskus juga mengingatkan bahwa antara alam dan manusia terdapat hubungan dialogis yang erat, layaknya saudara dan saudari. Hubungan itu sedemikian eratnya sehingga jika yang satunya dilukai maka yang lain juga ikut terluka.} }