@thesis{thesis, author={ }, title ={ProsesKognisi Siswa Autism SpectrumDisorder (ASD) Tingkat SMA dalam Menyelesaikan MasalahMatematika Berdasarkan Perbedaan Tingkat Inteligensi}, year={2020}, url={https://digilib.unesa.ac.id/detail/MTUzMTU5OTAtZTIyMC0xMWVhLTk1YTUtMGI5NWIwNTAwYmZi}, abstract={Tujuan penelitian ini untukmenggambarkan proses kognisi siswa ASD dalam menyelesaikan masalah matematikaberdasarkan perbedaan tingkat inteligensi. Subjek terdiri dari tiga siswa ASDkelas X SMA dengan tingkat inteligensi tinggi, sedang dan rendah. Proseskognisi dalam penelitian ini adalah aktivitas mental dalam menerima, menyimpan,memanggil dan mengolah informasi. Sedangkan tahap menyelesaikan masalahmenggunakan tahapan teori Polya. Pengumpulan data menggunakanwawancara berbasis tugas dengan metode think-alouddan dianalisis melalui urutan: kategorisasi data, reduksi data,penyajian data, penafsiran, dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa padatahap memahami masalah, subjek ASDT mampu menerima semua informasi danmenyimpannya dalam short-term memory,kemudian memanggil kembali dalam 4 bentuk representasi yang berbeda, yaitu: 1bentuk gambar, 2 bentuk verbal dan 1 bentuk simbol. Subjek ASDS memanggilkembali dalam 2 bentuk representasi visual berupa gambar dan susunan media,sedangkan subjek ASDR hanya mampu memanggil kembali informasi danmerepresentasikannya dalam 1 bentuk representasi gambar. Ketiga subjek mengolahinformasi untuk menentukan yang diketahui, yang ditanyakan dan kecukupaninformasi. Subjek ASDT dan ASDS mampu menemukan pola, sedangkan subjek ASDR tidakdapat melakukannya. Bahkan subjek ASDT mampu mereduksi syarat atau yangdiketahui untuk menemukan pola tersebut. Subjek ASDT dan ASDS memanggilinformasi yang tersimpan dalam long-termmemory yang terkait langsung dengan informasi yang baru diterima. Sedangkansubjek ASDR tidak mampu melakukannya. Representasidalam bentuk gambar dan media konkrit digunakan oleh subjek ASDT dan ASDS untukmemahami polanya sebagai langkah awal dalam menyusun rencana penyelesaian. Namunsubjek ASDR tidak dapat menyusun rencana penyelesaian yang sistematis karenatidak memahami pola. Subjek ASDR hanya mampu memahami secara kualitatif bahwagambar dari pola atau tingkat suatu segitiga akan lebih tinggi dan membutuhkanbatang korek api lebih banyak dari tingkat sebelumnya. Subjek ASDT mampumembuat generalisasi dari sebuah pola guna menyusun rencana penyelesaian yangmengarah pada penemuan rumus umum. Subjek ASDT menggunakan pola tersebut untukmenggeneralisasikan menuju rumus umum dengan dua pendekatan yang berbeda.Meskipun subjek ASDS mampu memahami pola, tetapi dia tidak mampu melakukangeneralisasi untuk mendapatkan rumus umum karena subjek tidak memahami makna simbolatau variabel n sebagai simbol dari rumus umum. Subjek ASDR yang tidak mampumemahami secara kuantitatif maka subjek tidak dapat menggenarelisasikansehingga berdampak pada gagalnya subjek dalam menemukan rumus umum. Subjek ASDTmemeriksa pola gambar, rumus umum yang ditemukan dan menggunakan rumus lain untukmamastikan kebenaran rumus umum yang telah ditemukan. Subjek ASDS memeriksapola gambar yang telah dibuat dan susunan segitiga dari tingkat satu ke tingkatberikutnya untuk memeriksa kebenaran penyelesaian yang telah dikerjakan. Sedangkansubjek ASDR tidak melakukan pemeriksaan ulang terhadap penyelesaian yang dibuat,namun dia tetap meyakini bahwa penyelesaian yang telah dibuat adalah benar.Dari hasil penelitiandapat disimpulkan bahwa tingkat kecerdasan siswa ASD berpengaruh terhadapproses kognitifnya. Proses kognisi subjek ASD dengan tingkat inteligensi tinggiyang sangat kompleks pada setiap tahapan dalam menyelesaikan masalah matematikadapat melebihi proses kognitif siswa non ASD. Subjek ASD dengan tingkatinteligensi sedang dapat memahami pola dengan baik, namun tidak dapat melakukangeneralisasi untuk mendapatkan rumus umum karena subjek kurang memahamivariabel yang ada dalam soal. Sedangkan subjek ASD dengan tingkat inteligensirendah tidak dapat memahami pola, proses kognitifnya hanya sampai berpikirsecara kualitatif bukan pada tingkat berpikir kuantitatif. Dengan demikiandalam proses pembelajaran subjek ASD dengan tingkat inteligensi sedang perluditekankan dalam memahami makna variabel dan simbol dalam matematika. Sedangkansubjek ASD dengan tingkat inteligensi rendah lebih fokus pada pemahamanberpikir kuantitatif bukan sekedar berpikir kualitatif.} }