@thesis{thesis, author={Jandril Jandril}, title ={Analisis Teologis Psikologis Dampak Pemberian Disiplin Gerejawi di Jemaat Buntu Pasele Rantepao}, year={2019}, url={http://digilib-iakntoraja.ac.id/1022/}, abstract={Jandril (2220154184), tahun 2019, menyusun skripsi dengan judul: Analisis Teologis Psikologis Dampak Pemberian Disiplin Gerejawi di Jemaat Buntu Pasele Rantepao: Sebuah Studi Kasus, dibimbing oleh Dr. Abraham S. Tanggulungan, M.Si, selaku dosen pembimbing I dan Petrus Tiranda, M.Th, selaku dosen pembimbing II. Disiplin gerejawi adalah instrumen, untuk memelihara kehidupan gereja yang teratur, tertib dan aman di dalam menunaikan tugas panggilannya sehingga tetap tumbuh berdasarkan Iman, Kasih dan Pengharapan. Serta membimbing orang yang telah melanggar aturan untuk menyadari kesalahannya, bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Tujuan dari disiplin gerejawi pada umumnya ialah baik, untuk mengembalikan seseorang dari jalan yang salah ke jalan yang Allah kehendaki. Tuhan juga telah memberikan intruksi tentang apa yang seharusnya atau langkah yang dilakukan jika ada seorang anggota jemaat yang berbuat dosa dan yang paling penting ialah bagaimana pendampingan itu tetap diberikan bagi orang yang menjalani disiplin gerejawi. Namun kenyataan yang terjadi dalam pelaksanaanya justru pelaksanaan disiplin gerejawi memberi dampak yang tidak baik bagi yang menjalaninya, sekalipun dampak yang baik itu tetap ada. Hal inilah yang kemudian membuat penulis tertarik untuk melihat bagaimana dampak psikologis pemberian disiplin gerejawi secara khusus di Jemaat Buntu Pasele Rantepao. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian studi kasus berciri kualitatif dan melakukan wawancara dan observasi untuk mendapatkan data yang akurat sekaitan dengan Dampak Psikologis Pemberian Disiplin Gerejawi di Jemaat Buntu Pasele Rantepao. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian disiplin gerejawi mempunyai dampak psikologis yaitu dampak negatif dan dampak positif. Dampak negatif itu adalah NS merasa kecewa, merasa malu, merasa didiskriminasi, dan merasa tertekan. Kurang lebih tiga bulan NS merasakan dampak negatif tersebut, NS berusaha bangkit sendiri, adanya reaksi yang besar dari NS untuk melakukan perubahan, menuntaskan diri dengan masalahnya, NS semakin mendekatkan diri kepada Tuhan, dan semakin aktif dalam persekutuan dan kegiatan gereja lainnya. Melihat hal tersebut maka kampus teologi, BPS dan majelis gereja seharusnya memiliki sebuah upaya untuk mengajarkan, mensosialisasikan dan memahami dengan baik maksud dan tujuan dari disiplin gerejawi itu sendiri, langkah atau psoedur dalam memberikan disiplin gerejawi dan juga pendampingan juga tetap diperhatikan dan dilakukan.} }