@thesis{thesis, author={Surianto Surianto}, title ={KELAYAKAN MUSNAD AL-SHAFI'I SEBAGAI KITAB HADIS STANDAR}, year={2011}, url={http://digilib.uinsby.ac.id/9593/}, abstract={Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research). Data dihimpun melalui pembacaan dan kajian teks, yang kemudian dianalisis dengan teknik conten analysis dan komparatif. Hasil dari penelitian ialah ada dua penilaian mendasar yang dilakukan oleh ulama hadis terhadap al-kutub al-sittah yaitu; Pertama, menilai kualitas sanad dan matan hadis-hadisnya. Diketahui sanad dan matan hadis-hadis yang terdapat di dalam ¬al-kutub al-sittah dapat dipertanggungjawabkan, walaupun ada di antara kitab-kitab al-kutub al-sittah mencantumkan hadis yang sangat lemah (d}a’if), tapi hal itu tidak mengurangi keunggulan kitab-kitab hadis standar tersebut. Kedua, menilai dari segi kebutuhan/manfaat dari hadis-hadis dalam kitab hadis standar. Hasilnya, hadis-hadis yang terdapat di dalam al-kutub al-sittah sudah diangap cukup untuk menyelesaikan masalah-masalah keagamaan dalam kehidupan umat Islam. Hadis-hadis di dalam Musnad al-Shafi’i bisa dikatakan credible (dapat dipercaya/dapat dipertanggungjawabkan) kualitas hadis-hadisnya. Terbukti dari 1682 hadis yang 72,11% hadis s{ah}ih}, 12,00 % hadis h}asan, dan 15,87 % hadis d}a’if. Untuk mengetahui kelayakan Musnad al-Shafi’i maka harus dikomparasikan dengan kitab hadis standar yang enam (al-kutub al-sittah) khususnya Jami’ al-Tirmidzi, dan Sunan Ibnu Majjah, maka hasilnya; Pertama, kualitas hadis-hadisnya dapat dipersentasekan sebagai berikut; hadis-hadis di dalam Musnad al-Shafi’i sebanyak di dalam Sunan al-Tirmidhi sebanyak 3956 hadis dengan rincian: 40,44 % hadis s{ah}ih}, 49,08 % hadis h}asan, dan 17,39 % hadis d}a’if. Di dalam Sunan Ibnu Majjah hadis d}a’if yang terdapat di dalam zawaid¬-nya 712 hadis atau sekitar 16,40 % dari jumlah keseluruhan yaitu 4341 hadis yang terdapat di dalam Sunan Ibnu Majjah. Jumlah tersebut belum ditambah hadis d}a’if yang terdapat di luar hadis zawaid¬-nya. Dapat disimpulkan bahwa dalam segi kualitas hadis Musnad al-Shafi’i layak sebagai kitab hadis standar. Kedua, kebutuhan/manfaat terhadap hadis-hadisnya, maka antara Musnad al-Shafi’i dengan kutub al-sittah tidak jauh berbeda karena kitab-kitab hadis tersebut sebagian besar hadis-hadisnya membahas masalah fiqih. Selain itu juga, hadis-hadisnya bertemakan selain masalah-masalah fiqih. Dalam hal ini maka Musnad al-Shafi’i juga layak sebagai hadis standar, walaupun dari segi kuantitas hadis-hadis yang terdapat dalam Musnad al-Shafi’i tidak sebanyak hadis-hadis di al-kutub al-sittah. Wa Allah A’lam bi al-s}awab.} }