@thesis{thesis, author={Wardani Annisa Kusuma}, title ={TA: TINGKAT RISIKO DAN DESA TANGGUH BENCANA LONGSOR (STUDI KASUS : KABUPATEN GARUT)}, year={2021}, url={http://eprints.itenas.ac.id/1587/}, abstract={Kabupaten Garut menjadi salah satu wilayah rawan longsor di Provinsi Jawa Barat. Daerah yang berupa perbukitan dengan kelerengan yang curam menyebabkan tingginya potensi terjadinya bencana longsor. Salah satu upaya BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dalam penanggulangan bencana yaitu dengan membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) agar desa secara mandiri mampu menghadapi dan memulihkan diri dengan cepat ketika terjadinya bencana. Dalam mendukung program tersebut maka BPBD Garut menargetkan minimal 50% desa dalam setiap kecamatan sudah menjadi desa tangguh bencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko dan desa tangguh bencana longsor di Kabupaten Garut. Penilaian risiko mengacu pada tiga faktor penilaian yaitu ancaman, kerentanan dan kapasitas. Penilaian tingkat ancaman dilakukan dengan pertimbangan kemiringan lereng, curah hujan, penggunaan lahan dan jenis tanah. Sedangkan faktor penilaian kerentanan adalah kerentanan fisik, kerentanan sosial, kerentanan ekonomi dan kerentanan lingkungan. Sedangkan faktor penilaian kapasitas adalah fisik, sosial, masyarakat dan kelembagaan. Semua variabel di analisis dengan menggunakan perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG) dan menggunakan metode clustering untuk mengetahui tipologi Kawasan rawan longsor berdasarkan tingkat risiko dan Desa Tangguh Bencana. Hasil dari penggunaan perangkat lunak SIG berupa peta tingkat ancaman, peta tingkat kerentanan, peta tingkat kapasitas. Peta-peta ini ditumpang susunkan sehingga menghasilkan peta tingkat risiko bencana tanah longsor. Pembagian zonasi tingkat risiko tanah longsor di wilayah penelitian diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelas rendah, sedang dan tinggi. Penilaian risiko bencana menjadi dasar untuk mengembangkan desa tangguh bencana. Diketahui klasifikasi desa tangguh bencana di wilayah penelitian level tertinggi baru terdapat di level desa tangguh bencana madya (Level 2). Berdasarkan kesimpulan hasil analisis di Kecamatan Banjarwangi memiliki 54% Kecamatan Cilawu 44%, Kecamatan Malangbong 50% desa yang sudah mencapai indikator penilaian dan bisa dikembangkan menjadi desa Tangguh bencana. Penilaian tingkat risiko dan desa tangguh bencana sangat penting karena hal ini sebagai informasi dasar dalam upaya pengurangan risiko bencana longsor sehingga menjadi tepat sasaran sebagai upaya meminimalisir dampak ketika terjadinya bencana di masa yang akan datang. Kata Kunci : Risiko Bencana, Longsor, Desa Tangguh Bencana} }