@thesis{thesis, author={RIF'ATUL SITI}, title ={ANALISIS KODE DIAGNOSIS DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER PADA BERKAS REKAM MEDIS DENGAN SIMRS BERDASARKAN ICD-10 DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2022}, year={2023}, url={https://eprints.udb.ac.id/id/eprint/2479/}, abstract={SITI RIF?ATUL Analisis Kesesuaian Kode Diagnosis Pasien Rawat Inap Kasus Dengue Haemorrhagic Fever pada Berkas Rekam Medis dan SIMRS Berdasarkan ICD-10 di RS PKU Muhammadiyah Surakarta Tahun 2022 Kesesuaian kode diagnosis pada berkas rekam medis dan SIMRS dapat mempengaruhi keakuratan data untuk pelaporan penyakit. Keakuratan kode diagnosis merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh tenaga rekam medis. Kode diagnosis baik manual maupun pada SIMRS harus terdokumentasikan dengan akurat sesuai ICD-10. Berdasarkan hasil survey awal tingkat ketidaksesuaian kode diagnosis pada berkas rekam medis dan SIMRS 10% tidak sesuai dan 90% sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian kode diagnosis DHF yang tercatat pada berkas rekam medis dengan kode yang tercatat pada SIMRS. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Populasi 271 dengan sampel 162 kasus DHF menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian berupa ICD-10 pedoman observasi dan wawancara. Pengolahan data dengan colleting, editing, klasifikasi, tabulating dan penyajian data. Persentase keakuratan kode DHF berdasarkan ICD-10 tahun 2010 sebanyak 155 dokumen (95,7%) akurat dan 7 dokumen (4,3%) tidak akurat, sedangkan berdasarkan ICD-10 tahun 2016 sebanyak 0 dokumen (0%) akurat dan 162 dokumen (100%) tidak akurat. Kesesuaian kode diagnosis DHF pada berkas rekam medis dan SIMRS sebanyak 159 dokumen (98,1%) sesuai dan 3 dokumen (1,9%) tidak sesuai. Faktor penyebab ketidakakuratan dan ketidaksesuaian adalah tulisan dokter sulit dibaca, petugas koding merangkap tugas lain dan sarana atau prasarana SIMRS terjadi error. Kesimpulan terdapat ketidakakuratan kode diagnosis dan ketidaksesuaian kode diagnosis pada berkas rekam medis dan SIMRS. Sebaiknya perekam medis kerjasama dengan komite medik untuk sosialisasi kepada dokter agar mengisi dokumen dengan jelas, sebaiknya kepala rekam medis membagi tugas secara merata agar tidak tugas ganda, dan sebaiknya petugas koding lebih teliti dengan memperhatikan CPPT dan hasil pemeriksaan penunjang untuk memperkuat penegakan diagnosis.} }