@thesis{thesis, author={PANGESTUTI FITRI DWI}, title ={ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R POST OPERASI BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIADENGAN TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE (TURP)DI RUANG SOEPARJO RUSTAM RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO}, year={2017}, url={http://eprints.uhb.ac.id/id/eprint/1055/}, abstract={A. LATAR BELAKANG Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan cara menutupi orifisium uretra (Schwartz,2009).Benigna Prostate Hyperplasia adalah bertambah besarnya ukuran prostat biasanya diiringi dengan bertambahnya usia pada laki-laki, membesarnya prostat menyebabkan fungsi uretra pars prostatika menjadi terganggu, menimbulkan gangguan pada saluran keluar kandung kemih (Iskandar,2009). Benigna Prostate Hyperplasiaa dalah terjadinya pelebaran pada prostat yang menimbulkan penyempitan saluran kencing dan tekanan dibawah kandung kemih dan menyebabkan gejala-gejala seperti sering kencing dan reterensi urin (Aulawi,2014). Menurut Abdul (2013) di dunia, hampir 30 juta pria menderita BPH. Pada usia 40 tahun sekitar 40%, usia 60-70 tahun meningkat menjadi 50% dan usia lebih dari 70 tahun mencapai 90%. Diperkirakan sebanyak 60% pria usia lebih dari 80 tahun memberikan gejala Lower urinary tract symptoms (LUTS). Benigna Prostate Hyperplasia merupakan kelainan urologi kedua di Indonesia setelah batu saluran kemih yang dijumpai di klinik Urologi.Diperkirakan 50% pada pria berusia diatas 50 tahun. Kalau dihitung dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 200 juta lebih, kira-kira 100 juta, sehingga diperkirakan ada 2,5 juta laki-laki Indonesia yang menderita BPH. Dari data di Jawa Tengah khususnya di Semarang survai yang dilakukan adalah berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium (PA) dan (USG) mencapai 104 pasien yang di diagnosa penyakit pembesaran prostat jinak (Amalia, 2011).} }