@thesis{thesis, author={ANGGINI HENDRI}, title ={ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA}, year={2017}, url={http://eprints.uhb.ac.id/id/eprint/1078/}, abstract={Penyakit diabetes mellitus dikenal dengan sebutan lifelong disease karena penyakit tersebut tidak dapat disembuhkan. Penderita penyakit diabetes bukan berarti tidak dapat hidup normal dalam kesehariannya. Penderita diabetes juga dapat hidup normal dengan mengendalikan risiko terjadinya komplikasi akibat diabetes mellitus (Smeltzer & Bare, 2013). Penyebab klinis dari diabetes merupakan akibat defisiensi efek insulin di tingkat jaringan, tetapi defisiensi tersebut mungkin relatif. Salah satu bentuk yang sering terjadi tipe 1 atau diabetes mellitus dependen insulin (insulin dependen diabetes mellitus, IDDM), disebabkan oleh defisiensi insulin yang ditimbulkan oleh destruksi autoimun sel-sel B di pulau langerhan pankreas, sementara sel A, D dan F tetap utuh. Bentuk tersering kedua, tipe 2 atau diabetes melitus non dependen insulin (non insulin dependent diabetes melitus, NIDDM), ditandai oleh resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin (William, 2008). Diabetes mellitus merupakan penyakit keturunan yang sulit disembuhkan dan bisa menyebabkan kematian selain kematian, diabetes mellitus juga menyebabkan kecacatan pada penderitanya. Sebanyak 30% penderita diabetes mellitus mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati, sedangkan 10% harus menjalani amputasi tungkai kaki. Dari tahun ketahun penderita diabetes mellitus di Indonesia semakin bertambah, bahkan penyakit diabetes mellitus membunuh lebih banyak dibandingkan dengan penyakit HIV. Untuk penderita diabetes komplikasi bisa dicegah dengan mengendalikan gula darah. Dokter tidak langsung memberikan resep melainkan meminta pasien agar mengubah gaya hidup yang lebih sehat. Diabetes mellitus yang selanjutnya disebut diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, 2010).} }