@thesis{thesis, author={KARINA UTAMI YULIANA}, title ={ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Ny. N DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA NYERI AKUT PADA Ny. N DI KELURAHAN PURWOKERTO KULON RT 03 RW 01 KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN}, year={2020}, url={http://eprints.uhb.ac.id/id/eprint/184/}, abstract={Arthritis gout merupakan suatu peradangan sendi akibat endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia). Orang dengan hiperurisemia bukan berarti penderita arthritis gout tetapi resiko terjadi arthritis gout lebih besar dengan meningkatnya konsentrasi asam urat darah (Helmi, 2012). Arthritis gout merupakan suatu penyakit peradangan pada persendian yang dapat diakibatkan oleh kelebihan kadar senyawa asam urat didalam tubuh, baik karena produksi berlebihan atau peningkatan asupan purin, dampak yang dapat ditimbulkan dari arthritis gout dapat berupa nyeri khususnya pada sendi (Senna, 2017). Arthritis gout memiliki awitan tiba-tiba, menyerang di malam hari dan bagian ibu jari kaki, Serangan akut awal diikuti periode selama beberapa bulan atau beberapa tahun tanpa manifestasi. Asam urat menumpuk di berbagai jaringan ikat lain, penumpukan asam urat dalam jaringan subkutan menyebabkan pembentukan nodul putih kecil. Penumpukan kristal dalam ginjal dapat membentuk batu ginjal urat dan menyebabkan gagal ginjal (Lemone, 2016). Menurut World Health Organization (WHO) prevalensi arthritis gout didunia mengalami kenaikan dua kali lipat antara tahun 1990-2010. Amerika Serikat penyakit arthritis gout mengalami peningkatan dan mempengaruhi 8,3 juta (4%) orang Amerika.Arthritis gout diperkirakan terjadi pada 840 orang di setiap 100.000 orang. Prevalensi penyakit arthritis gout di Indonesia terjadi pada usia dibawah 34 tahun sebesar 32% dan di atas 34 tahun sebesar 68% (WHO,2015). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukan bahwa penyakit sendi di Indonesia didiagnosis oleh Tenaga Kesehatan (nakes) sebesar 11,9% dan berdasarkan gejala sebesar 24,7%, sedangkan berdasarkan daerah didiagnosis oleh nakes tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa Barat 32,1% dan Bali 30%(Kemenkes, 2013). Jawa Tengah prevalensi penyakit sendi belum diketahui secara pasti, namun dari suatu survei epidemiologik yang dilakukan di Jawa Tengah atas kerjasama WHO terdapat 4680 sampel berusia 15-45 tahun, didapatkan prevalensi sebesar 24,3% (Nengsi dkk, 2014). Hasil penelitian pukesmas, prevalensi penyakit Arthritis gout di pukesmas purwokerto selatan tahun 2018 sebanyak 60 kasus.} }