@thesis{thesis, author={UTAMI SRI}, title ={ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT DI PERINEUM PADA NY. M DENGAN POST PARTUM NORMAL HARI KE-1 DI PUSKESMAS I AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS}, year={2019}, url={http://eprints.uhb.ac.id/id/eprint/641/}, abstract={Persalinan adalah keluarnya atau lahirnya janin dan plasenta dari rahim. Jika lubang vagina tidak cukup teregang sehingga bayi tidak dapat melewatinya dan jika kemungkinan akan terjadi robekan. Episiotomi dilakukan untuk mempermudah proses persalinan dan untuk mencegah robekan yang lebih tidak beraturan dan lebih sulit diperbaiki. Luka robekan karena episiotomi lalu dijahit kemudian ibu dipindahkan ke ruang pemulihan (Wiknjosastro, 2012). Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bandung, yang melakukan penelitian dari tahun 2009 ?2010 pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima ibu bersalin yang mengalami ruptur Perineum akan meninggal dunia sebanyak 21,74 % (Wulandari, 2015). Di Indonesia luka perineum dialami oleh 75% ibu melahirkan pervaginam. Pada tahun 2013 dikemukakan bahwa dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan perineum (28% karena episiotomi dan 29% karena robekan spontan) (Kemenkes RI, 2013). Robekan perineum dapat mengakibatkan robekan jaringan pararektal, sehingga rectum terlepas dari jaringan sekitarnya dan untuk diagnosis ruptura perineum tersebut, dapat ditegakkan melalui pemeriksaan langsung. Pada tempat terjadinya perlukaan akan timbul perdarahan yang bersifat arterial atau yang merembes. Penanganan dilakukan dengan dua jari tangan kiri luka dibuka, bekuan darah diangkat, lalu luka dijahit secara rapi. Pada perlukaan tingkat I, bila hanya ada luka lecet, tidak perlu penjahitan. Pada perlukaan tingkat II, hendaknya luka dijahit kembali secara cermat. Lapisan otot dijahit simpul dengan catgut kromik No.0 atau 00, dengan mencegah terjadinya ruang mati. Adanya ruang mati antara jahitan-jahitan memudahkan tertimbunnya darah beku dan terjadinya radang. Lapisan kulit dapat dijahit dengan catgut atau sutera secara simpul. Jahitan hendaknya jangan terlalu ketat, sebab beberapa jam kemudian di tempat perlukaan akan timbul edema (Wiknjosastro, 2012).} }