@thesis{thesis, author={SYARIF ABDILLAH MUHAMMAD}, title ={ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. S POST OPERASI PROSTATEKTOMI DENGAN INDIKASI BPH DI RUANG ICU RSUD AJIBARANG}, year={2019}, url={http://eprints.uhb.ac.id/id/eprint/648/}, abstract={Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang dalam kehidupan ini membawa dampak yang sangat signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup, status kesehatan, umur harapan hidup, dan bertambahnya usia lanjut yang melebihi pikiran statistik. Kondisi tersebut akan merubah komposisi dari kasus kasus penyakit. Pada usia lanjut manusia akan mengalami kemunduran atau penurunan fungsi organ sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hormon pria, terutama hormon tostoteron pada kelenjar prostat (Dewi, 2017). Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran, atau hipertropikelenjar prostat. Kelanjar prostat membesar, meluas keatas menuju kandung kemih dan menghambat aliran keluar urin. Berkemih yang tidak terlampias dan retensi urin yang memicu statis urin dapat meyebabkan hidronefrosis, hidroureter, dan infeksi saluran kemih. Penyebab gangguan ini tidak dipahami dengan baik, tetapi bukti menunjukan adanya hormonal BPH sering terjadi pada pria berusia lebih dari 40 tahun (Brunner & Suddarth, 2013). Kelenjar prostat adalah organ genital yang hanya ditemukan pada pria. Prostat seperti buah kemiri dengan ukuran 4x3x2,5 cm dan beratnya sekitar 20 gram secara histopatologik kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma. Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibtoblas, pembuluh darah, syaraf, dan jaringan penyanggah yang lain. Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salahsatu komponen ejakulasi. Cairan ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra posterior kemudian dikeluarkan secara bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Volume cairan prostat merupakan kurang lebih 25 % dari seluruh ejakulat. Sistem simpatif memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsula prostat dan leher kandung kemih. Pada tempat-tempat tersebut terdapat perseptor adrenergik. Rangsangan simpatik menyebabkan tonus otot pola tersebut dipertahankan. Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi kangker ganas dapat menghambat uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih (Muttaqin, 2010).} }