@thesis{thesis, author={MEI AFRIYANTI TUTUT}, title ={ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS PADA NY. S DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS DI RUANG DAHLIA RSUD Hj. ANNA LASMANAH BANJARNEGARA}, year={2019}, url={http://eprints.uhb.ac.id/id/eprint/660/}, abstract={Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah suatu kelainan dengan ciri-ciri adanya keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. PPOK mencakup emfisema, dengan ciri-ciri hilangnya elastisitas paru dan kerusakan parenkim paru dengan pelebaran ruang-ruang udara, dan bronkitis kronis, dengan ciri-ciri adanya sumbatan saluran kecil udara dan batuk produktif selama lebihdari dua tahun berturut-turut (Saputra, 2014). Penyebab utama PPOK adalah keterpajanan rokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif (WHO, 2016). Prevalensi PPOK di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, salah satunya disebabkan oleh banyaknya jumlah perokok di Indonesia. Kementerian Kesehatan melalui Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013, menemukan bahwa prevalensi PPOK dari hasil RISKESDAS 2013 adalah sebesar 3,7 persen (Kemenkes, 2013). Angka kejadian di Indonesia cukup tinggi dengan menggambil beberapa sempel di daerah DKI Jakarta 2.7%, Jawa Barat 4.0%, Jawa Tengah 3.4%, DI Yogyakarta 3.1%, Jawa Timur 3.6% dan Bali 3.6%. PPOK lebih cenderung tinggi laki-laki dibanding perempuan prevalensi lebih tinggi pedesaan di banding perkotaan (Kemenkes, 2013). Jumlah kasus PPOK di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan semula 19.557 kasus pada tahun 2012 menjadi 17.014 kasus pada tahun 2013 dan tertinggi di kota Salatiga sebesar 1.744 kasus. Dalam kurun waktu lima tahun prevalensi PPOK semakin menurun (Dinkes, 2013).} }