@thesis{thesis, author={DIANTO TRIS}, title ={ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO CEDERA PADA TN. I DENGAN POST OP APENDIKTOMI DI RUANG KENANGA RSUD HJ. ANNA LASMANAH BANJARNEGARA}, year={2018}, url={http://eprints.uhb.ac.id/id/eprint/768/}, abstract={Appendiksitis adalah adanya peradangan pada appendiks vemiformis. Peradangan akut pada appendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya. Insidens pada perempuan dan laki-laki umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insiden pada laki-laki lebih tinggi. Keputusan klinis mendasar dalam mendiagnosis pasien dengan dugaan appendicitis ialah apakah perlu di lakukanya oprasi atau tidak. Evaluasi yang baik dari kasus appendicitis akut dapat mengurangi intervensi untuk awal operasi. Dengan harapan dapat mengurangi resiko oprasi yang tidak di perlukan. Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat di ketahui secara pasti. Diantaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran lumen appendiks oleh timbunan tinja yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda dalam tubuh, cencer primer dan striktur (Arman, 2006). Dengan lebih dari 250.000 appendiktomy rumah sakit mengerjakan tiap tahunnya. Appendiksitis merupakan kedaruratan bedah abdomen yang yang paling sering dilakukan di amerika serikat. Insiden appendiksitis puncaknya pada decade pertama dan kedua kehidupan, jarang terjadi pada usia sangat muda dan tua, perforasi sering terjadi pada anak-anak dan umur lanjut, di mana periode ini merupakan angka tertinggi pada mortalitas. Insiden appendiks lebih rendah pada Negara berkembang dan Negara terbelakang, terutama Negara afrika (Mubarak, 2008).} }