@thesis{thesis, author={WIDIASTUTIK LUKY}, title ={IMPLEMENTASI PENILAIAN AUTENTIK KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI SMP NEGERI 2 JOMBANG}, year={2015}, url={https://eprints.umm.ac.id/23894/}, abstract={Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep penilaian autentik dalam kurikulum 2013 ditingkat SMP, implementasi penilaian autentik dalam kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) di SMP Negeri 2 Jombang, dan kendala yang dialami dan solusinya guru dalam implementasi penilaian autentik pada pelajaran Pendidikan Penelitian ini merupakan perpaduan antara penelitian studi litelatur dan studi kasus kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru PAIBP kelas VIII, peserta didik kelas VIII, dan kepala sekolah. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Konsep penilaian autentik di tingkat SMP terbagi menjadi tiga, (a) penilaian condong pada PAP, (b) bentuk penilaiannya seperti observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, penilaian jurnal, unjuk kerja/kinerja/praktik, projek, produk, portofolio, dan tes tertulis/lisan, dan (c) perbedaan pokok terdapat pada terjalin ikatan emosional antara pendidik, peserta didik, dan antar peserta didik, dan penilaian lebih luas yakni penilaian tidak terlalu mementingkan jawaban yang ‘benar’, melainkan mementingkan proses. 2. Implementasi penilaian autentik yang dilakukan guru dibagi menjadi tiga yakni; a) kompetensi sikap dilaksanakan melalui teknik penilaian diri sendiri, penilaian teman sebaya, dan observasi guru, b) kompetensi keterampilan dilaksanakan melalui unjuk kerja atau pervormance, c) kompetensi pengetahuan dilaksanakan melalui tugas rumah dan ulangan harian. 3. Kendala yang dihadapi guru ada dua, yakni (a) input nilai harus sesuai dengan isian yang ada, setiap KI dan KD harus ditulis, dan penilaian harus dideskripsikan sehingga solusi yang dilakukan guru adalah “copy-paste-edit” deskripsi dari peserta didik ke peserta didik lain, tetapi tetap disesuaikan dengan keampuan peserta didik, dan (b) KKM yang tinggi, sehingga guru harus memberikan nilai minimal sesuai KKM. Solusi yang dilakukan guru untuk peserta didik yang benar-benar sudah tidak bisa diremidial lagi, maka guru memberikan nilai sesuai KKM.} }