@thesis{thesis, author={KRISTIAWAN SIGIT}, title ={NILAI BUDAYA PADA ACARA KOMEDI DI TELEVISI (Studi Resepsi Tentang Opera Van Java Di Trans 7 Pada Pengurus Dewan Kesenian Malang)}, year={2012}, url={https://eprints.umm.ac.id/28521/}, abstract={Penelitian pada acara Opera Van Java dilakukan atas dasar ketertarikan peneliti akan acara tersebut yang dikonsep berdasarkan cerita pewayangan. Acara Opera Van Java merupakan acara yang ber-genre komedi yang mampu bertahan cukup lama dalam dunia pertelevisian di tengah-tengah semakin banyaknya acara-acara baru yang muncul. Pemaknaan penonton dilakukan oleh Pengurus Dewan Kesenian Malang, hal ini karena pada tema penelitian ini merupakan Nilai Budaya sehingga terdapat korelasi antara subjek dengan objek penelitian. Dalam teori aktive audiens dalam mengkonsumsi media penonton dapat bersikap aktif, selektif dan mempunyai kesadaran apa yang dikonsumsi dari media tersebut. Ketika pemaknaan dilakukan oleh penonton yang memiliki pengalaman, tingkat sosial politik dan pengalaman yang berbeda maka akan menghasilkan pemaknaan yang berbeda-beda pula. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis resepsi Ien Ang yang berfokus pada teks, dimana Ang memandang penonton sebagai penghasil pemaknaan yang aktif menciptakan makna, bukan hanya sebagai konsumen dari isi media. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini melalui purposive sampling dengan kriteria : Pengurus Dewan Kesenian Malang hal ini terkait korelasi antara tema penelitian yaitu Nilai Budaya, Pengurus Dewan Kesenian Malang yang menonton serta mengikuti episode tayangan Opera Van Java minimal 2 kali tayang dalam seminggu dan Pengurus Dewan Kesenian Malang yang bersedia di wawancarai. Berdasarkan kriteria tersebut ditemukan 6 (enam) Pengurus Dewan Kesenian Malang yang dapat dijadikan subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemaknaan penonton terhadap teks Nilai Budaya dalam acara komedi Opera Van Java tidak dapat digolongkan dalam satu posisi penonton akan teks pada acara televisi. Sebagaimana pembagian posisi decoding khalayak Hall, pengungkapan penonton terhadap teks Nilai Budaya dalam acara komedi Opera Van Java digolongkan dalam dua posisi penonton akan teks pada acara televisi. Dari hasil analisis data terdapat 4 penonton yang digolongkan pada posisi penonton Oposisi ( oppositional code/position) karena menghasilkan pemaknaan atas isi media yang langsung berlawanan dengan pemaknaan utama (Teks Media). Penonton dalam hal ini Pengurus Dewan Kesenian Malang paham akan suatu kesenian yang terkait dengan Nilai Budaya menolak bahwasannya Nilai budaya yang dikomersilkan dengan hal yang tidak etis dan tidak mendidik. Penonton menandakan secara berbeda atau memaknai secara berseberangan dengan apa yang ingin disampaikan oleh media tersebut. Sedangkan penonton yang lainnya dapat digolongkan pada posisi penonton yang dinegosiasikan (negotiated code/position) karena membuat pemaknaan alternatif atau pemakanaan sendiri pada pesan media yang berbeda dari pemaknaan utama (Teks Media) yang sesuai dengan kondisi mereka. Pengurus Dewan Kesenian Malang bisa menerima suatu kesenian yang dikomersilkan untuk bahan hiburan tetapi menyayangkan jika hiburan tersebut memberikan contoh yang tidak etis dan tidak mendidik. Adapun interpretasi tersebut merupakan hasil pengetahuan yang diperoleh penonton dari keluarga, lingkungan dan media yang telah dikonsumsinya sehari-hari. Pengalaman, profesi yang berbeda seperti seniman ludruk, seniman lukis, guru, dosen serta wiraswasta melakukan pemaknaan secara berbeda pula. Interpretasi penonton juga turut dipengaruhi oleh interaksinya dengan penonton yang lain, yang membuat mereka tergabung dalam kelompok interpretasi.} }