@thesis{thesis, author={Amalina Rizma}, title ={PEMAHAMAN DAN PENERAPAN BUDAYA 5 SPADA KARYAWAN PT. SMELTING GRESIK}, year={2007}, url={https://eprints.umm.ac.id/4234/}, abstract={Penelitian ini didasarkan atas pentingnya sebuah SDM sebagai pendukung utama perusahaan. Oleh karena itu maka perlu adanya sebuah sistem untuk meningkatkan kinerja atau kualitas SDM dalam sebuah perusahaan. Salah satunya adalah dengan pengelolaan Budaya perusahaan. Budaya perusahaan diyakini dapat meningkatkan kinerja dan kualitas SDM melalui kebiasaan­kebiasaan dalam bekerja. Untuk itu, sebagai seorang Public Relation yang mempunyai tugas memelihara dan mengembangkan budaya perusahaan, maka perlu adanya pengetahuan mengenai bagaimana penerapan dan pemahaman sebuah budaya perusahaan agar nantinya dapat dibuat langkah­ langkah yang signifikan dalam menindaklanjuti langkah­langkah yang dibuat sebelumnya dalam mengembangkan budaya perusahaan. Sebagai perusahaan peleburan tembaga pertama dan satu­satunya di Indonesia, PT. Smelting merupakan perusahaan yang mempunyai daya saing tinggi, baik di tingkat nasional maupun internasional. PT. Smelting adalah sebuah PMA (Perusahaan Modal Asing) milik Jepang, maka budaya perusahaan yang diterapkan adalah budaya perusahaan Jepang. Salah satunya adalah budaya 5 S, yaitu budaya Seiri (Pengorganisasian/Pemilahan), Seiton (Kerapian/Penataan), Seiso (Pembersihan), Seiketsu (Standarisasi/Pemantapan) dan Shitsuke (Kedisiplinan/Pembiasaan). Oleh karena budaya yang diterapkan adalah budaya Jepang yang sedikit banyak mempunyai perbedaan dengan budaya Indonesia serta keingintahuan akan pemahaman dan penerapan budaya perusahaan sebagai dasar aktivitas Public Relation, maka penelitian ini tertarik untuk mengetahui bagaimana pemahaman dan penerapan budaya 5 S oleh karyawan PT. Smelting. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Satuan kajian penelitian ini adalah karyawan PT. Smelting Gresik, dalam hal ini informan dipilih melalui kriteria sebagai berikut : (1) karyawan tetap PT. Smelting (2) Karyawan PT. Smelting yang masa kerjanya lebih dari 5 tahun (3) karyawan PT. Smelting yang pernah mendapatkan pelatihan/workshop 5 S. Oleh karena informan terbagi dalam beberapa unit kerja, mka peneliti menentukan unit kerja yang diteliti menggunakan teknik Purposive Sampling, dan kemudian menentukan informan penelitian ini dengan teknik Snow Ball. Hasil dari penelitian ini dianalisis dengan metode Induksi, Interpretasi dan Konseptualisasi. Jadi, setelah data dikelompokkan dalam kategori­kategori tertentu berdasarkan kutipan langsung dari Informan, kemudian peneliti menarik benang merang dari kutipan tersebut, lalu peneliti melakukan konseptualisasi dengan memberikan pernyataan singkat berupa ringkasan rinci mengenai pemahaman dan penerapan budaya 5 S. Setelah melakukan langkah­langkah tersebut, hasil penelitian pada karyawan PT. Smelting menunjukkan bahwa pemahaman karyawan terhadap budaya 5 S meliputi seluruh aspek, yaitu pengertian, tujuan, aktivitas maupun pemahaman pada masing­masing S­nya. Meskipun demikian, ada beberapa karyawan yang belum mengetahui langkah­langkah yang harus dilakukan pada masing­masing S­nya dan memahami budaya 5 S hanya pada budaya bersih­bersih. Di lain pihak, penerapan budaya 5 S nampaknya tidak seiring dengan pemahaman yang meliputi seluruh aspek. Penerapan budaya 5 S hanya pada pengorganisasian peralatan dan lingkungan kerja, belum pada pembentukan sikap kerja yang menjadi tujuan 5 S. Hal ini dikarenakan adanya kendala­kendala dalam menerapkan budaya 5 S, yaitu kendala dari SDM (Sumber Daya Manusia) itu sendiri, waktu dan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman karyawan PT. Smelting tentang budaya 5 S meliputi seluruh aspek, yaitu pengertian, tujuan, aktivitas serta pemahaman pada tiap­tiap S­nya, meskipun ada beberapa karyawan yang hanya memahami budaya 5 S di permukaan saja. Hal ini tidak seiring dengan penerapan budaya 5 S yang hanya terbatas pada pengelolaan secara fisik, bukan pada pembentukan sikap kerja yang sesuai dengan tujuan dari budaya 5 S karena terbentur oleh kendala SDM, waktu dan lingkungan.} }