@thesis{thesis, author={JANI ODE TANDA OSAN}, title ={PERTUMBUHAN EKONOMI, SEKTOR UNGGULAN, KESENJANGAN DAN KONVERGENSI ANTAR KABUPATEN DI PROPINSI PAPUA}, year={2007}, url={https://eprints.umm.ac.id/7657/}, abstract={Penelitian ini berjudul Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Unggulan, Kesenjangan dan Konvergensi antar Kabupaten di Propinsi Papua. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi dan studi pustaka. Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Unggulan, Kesenjangan antar Kabupaten di Propinsi Papua serta menganalisis bagaimana tingkat konvergensi antar kabupaten di Propinsi Papua. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersifat time series atau data berkala dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 yang diambil dari Badan Pusat Statistik dan Pojok BEJ UMM. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah perhitungan pertumbuhan ekonomi, tipologi klassen, Location Question, indeks entropi theil serta analisis konvergensi.Dengan perhitungan pertumbuhan ekonomi diperoleh bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 7,55 persen, perhitungan tipologi klassen diperoleh tiga daerah klasifikasi yaitu daerah berkembang cepat adalah Kabupaten Merauke, Paniai, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Keerom, Waropen dan Supiori. Untuk klasifikasi daerah maju tapi tertekan adalah Kabupaten Mimika. Sedangkan klasifikasi daerah relatif tertinggal adalah Kabupaten Jayapura, Jaya Wijaya, Nabire, Yapen Waropen, Puncak Jaya, Boven Digul, Mappi, Asmat, Tolikara, Sarmi dan kota Jayapura. Location Quotient Kabupaten yang mempunyai sektor basis paling banyak adalah Kabupaten Merauke dan Yapen Waropen, kedua Kabupaten ini memiliki 8 sektor yaitu; 1) Pertanian, 2) Industri Pengolahan, 3) Listrik & Air Bersih, 4) Bangunan/ Konstruksi, 5) Perdagangan, Hotel & Restoran, 6) Pengangkutan & Komunikasi, 7) Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan, 8) Jasa-jasa. Kabupaten Mimika hanya mempunyai satu sektor basis yaitu Sektor Pertambangan & Penggalian, sekaligus satu sub sektor yaitu pertambangan non migas. Pendekatan alat analisis ketimpangan indeks entropi theil diperoleh bahwa tingkat ketimpangan PDRB per kapita antar kabupaten di Propinsi Papua yaitu rata- rata 1,863. Selama periode penelitian ketimpangan tersebut ada kecenderungan menurun. Laju konvergensi absolut adalah 17,60 persen per tahun. Dengan menggunakan model ini membutuhkan laju pertumbuhan 17,60 persen per tahun untuk mencapai konvergensi. Saran yang dapat diberikan untuk mengurangi ketimpangan yang semakin melebar yaitu untuk perencanaan pembangunan agar diarahkan atau memprioritaskan bagi daerah-daerah yang relatif tertinggal dengan tidak melupakan daerah lain. Dalam mengambil kebijakan pembangunan, pemerintah harus berdasarkan spasial tidak seperti pada waktu sebelumnya yang menggunakan pendekatan a-spasial. Serta mengidentifikasi sektor-sektor unggulan daerah dan memacu pertumbuhan ekonomi, tapi harus diimbangi pula oleh tingkat pemerataan dan perbaikan kualitas sumber daya manusianya di wilayah masing-masing perlu dilakukan agar pemerataan pembangunan wilayah di Propinsi Papua dapat segera tercapai.} }