@thesis{thesis, author={ }, title ={Variasi aksial dan radial sifat-sifat kayu SUkun (Artocarpus communis FORST) dari Bantul, Yogyakarta}, year={2006}, url={http://new.etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/32353}, abstract={(ABSTRAKSI) Pohon sukun atau breadfruit (Artocarpus communis FORST) adalah salah satu jenis tanaman yang mudah ditemukan di desa-desa di Pulau Jawa. Pohon berkayu ini tumbuh banyak sebagai penghasil buah, sedangkan kayunya hanya digunakan sebagai kayu bakar. Informasi yang terbatas sehubungan dengan sifat-sifat dan pemanfaatan sukun diperkirakan sebagai penyebab dari sedikitnya penggunaan jenis tersebut. Studi variasi aksial dan radial sifat-sifat kayu sukun dilakukan dengan menggunakan tiga pohon dengan DBH rata-rata 35 cm. Ketiga pohon tersebut tumbuh di hutan rakyat di kabupaten Bantul, Yogyakarta. Contoh uji kayu di dalam batang dibedakan berdasarkan pada kedudukan aksial dan radial. Log kayu sepanjang 110 cm dipotong pada masing-masing bagian batang dari pangkal ke ujung dengan batas diameter 15 cm. Contoh uji kayu ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm dari masing-masing disk disiapkan untuk kemudian dievaluasi pada proporsi dan dimensi sel Soenardi (1999c). Untuk pengujian sifat-sifat fisika dan mekanika menggunakan metoda British Standard nomor 373 (1957). Untuk pengujian sudut microfibril (MFA) Saiki (1989). Data yang diperoleh dianalisa dengan analisis varians menggunakan uji faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu sukun mempunyai rata-rata proporsi pembuluh kayu 11,63%, serabut 37,91%, jari-jari 26,6% dan parenkim 23,85%. Mempertimbangkan kayu sukun sebagai kayu keras, kayu tersebut menghasilkan serat yang panjang dengan rerata panjang serat 1,65 mm, diameter serat 42,48 μm, diameter lumen 37,28 μm dan tebal dinding serat 2,60 μm. Kayu dengan rerata rasio Runkel 0,14, bilangan Muhlsteph 23%, daya tenun 39,61, koefisien kekakuan 0,071 dan nilai fleksibilitas 0,877, nampak menjadi pantas untuk pulp dan kertas. Rerata kadar air segar dan kering udara adalah 147,19% dan 15,47%. Berat jenis segar, kering udara dan kering tanur adalah 0,27, 0,28 dan 0,29. Penyusutan longitudinal, tangensial dan radial dari kondisi segar ke kering udara secara berurutan 0,173%, 4,58% dan 1,25%. Dari kondisi segar ke kering tanur secara berurutan 0,282%, 6,11% dan 2,16%. Pengembangan longitudinal, tangensial dan radial dari kondisi kering tanur ke basah secara berurutan 0,299%, 5,85% dan 2,22%. Keteguhan lengkung statik sampai Batas Proporsi (BP), MOE dan MOR secara berurutan 241,42 kg/cm2, 39,12 (x 103 kg/cm2) dan 338,28 kg/cm2. Keteguhan tekanan sejajar serat sampai MOY dan maksimum secara berurutan 137,05 kg/cm2 dan 15,60 (x 103 kg/cm2). Keteguhan tekan tegaklurus serat maksimum 44,07 kg/cm2. Sudut mikrofibril kayu rata-rata 19,98°. Interaksi antara kedudukan aksial dan radial berpengaruh terhadap panjang serat, diameter lumen, kadar air segar, penyusutan longitudinal dari kondisi segar ke kering udara dan pengembangan longitudinal dari kondisi kering tanur ke basah. Kedudukan aksial berpengaruh sangat nyata terhadap proporsi pembuluh, panjang serat, diameter serat, diameter lumen, daya tenun, kadar air segar dan berat jenis. Kedudukan radial berpengaruh sangat nyata terhadap panjang serat, diameter serat, diameter lumen, daya tenun, kadar air segar, penyusutan dan pengembangan tangensial dan radial pada semua kondisi, keteguhan tekan lengkung statik sampai batas proporsi (BP), MOE dan MOR, keteguhan tekan sejajar serat maksimum dan sudut mikrofibril kayu. (ABSTRACT) Sukun or breadfruit tree (Artocarpus communis FORST) is a tree species which is easily found in many villages in Java Island. This woody tree is mostly grown for the production of the fruit, while its wood is only used for firewood. Limited information related to the properties and utilization of breadfruit has been considered as the cause of the less used of the species. A study on the axial and radial variation of breadfruit wood properties has therefore been conducted by using three trees of DBH of about 35 cm. The trees were growing on the community forest in Bantul regency, Yogyakarta. Wood samples in the trunk were distinguished based on radial and axial positions. Log of 110 cm length was cut from each part of the trunk from bottom to the top with diameter boundary 15 cm. A wood sample of 2 cm x 2 cm x 2 cm from each disk was then prepared for the evaluation of cell proportion and dimension with Soenardi (1999c). The tested for physical and mechanical properties with British Standard Method number 373 (1957). The tested for microfibril angle (MFA) with Saiki (1989). Data obtained were analyzed by analysis of variance using a factorial experiment in Completely Randomized Design. The result showed that the breadfruit wood had average proportions of wood vessels of 11.63%, fibers of 37.91%, rays of 26.6% and parenchyma of 23.85%. Considering wood as a hardwood, the wood produced a rather long fiber with an average fiber length of 1.65 mm, fiber diameter of 42.48 μm, lumen diameter of 37.28 μm and cell-wall thickness of 2.60 μm. The wood with an average Runkel ratio of 0.14, Muhlsteph ratio of 23%, felting power of} }