@thesis{thesis, author={ }, title ={Pembangunan Agropolitan dan modal sosial :: Studi di Desa Sewukan, Sengi dan Dukun Kecamatan Dukun}, year={2007}, url={http://new.etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/34991}, abstract={(ABSTRAKSI) Perkembangan pembangunan pertanian di Indonesia berjalan secara dinamis. Berbagai teknologi dicoba untuk memajukan sektor pertanian yang menjadi tempat bergantungnya sebagian besar masyarakat Indonesia. Saat ini pembangunan pertanian juga mengadopsi nilai bisnis yang dikenal dengan konsep agrobisnis yang kemudian dikembangkan lebih jauh menjadi konsep agropolitan dengan penekanan dan pendekatan kawasan dengan dukungan masyarakat yang ada. Karena agropolitan membutuhkan kekuatan lokal masyarakat sebagai salah satu pijakan penting, maka secara ideal dalam pelaksanaannya harus mampu mengakomodasi sekaligus meningkatkan kapasitas kekuatan lokal masyarakat yang ada. Berbagai kekuatan lokal dalam masyarakat yang ada terbentuk dan terbangun selama kurun waktu yang lama ini dapat ditempatkan sebagai sebuah modal sosial yang strategis. Sejak tahun 2004, Kabupaten Magelang melaksanakan program agropolitan untuk membangun sektor pertaniannya. Namun sampai saat ini belum pernah dilakukan evaluasi yang mendalam terutama berkaitan dengan keterlibatan dan peran serta masyarakatnya sehingga dapat dilakukan penilai apakah program ini berhasil atau gagal dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi tentang pelibatan modal sosial dalam pelaksanaan agropolitan. Modal sosial yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi : Jaringan, Norma-norma dan kepercayaan sosial yang dilaksanakan di 1 (satu) desa yang merupakan pusat agropolitan yaitu Desa Sewukan serta 2 (dua) Desa yang mendapatkan pengaruh dari pelaksanaan agropolitan sekaligus menjadi desa hitterland dari Desa Sewukan yaitu Desa Sengi dan Desa Dukun. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk membuat deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dokumentasi serta dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Magelang dalam pelaksanaan agropolitan menggunakan bentuk baku pelaksanaan kegiatan yang diasumsikan berjalan secara linier dengan pentahapan perencanaan dan pelaksanaan yang ditargetkan dapat selesai dalam kurun atau rentang waktu yang telah ditentukan. Strategi ini ternyata tidak mampu mengakomodasi keberagaman modal sosial yang ada di desa-desa lokasi agropolitan yang sebenarnya dapat dijadikan kekuatan. Akibatnya ketika program agropolitan berjalan, masih banyak masyarakat yang berada di pusat lokasi agropolitan yang tidak mengetahui dan bersifat pasif terhadap keberhasilan agropolitan. Berkaca dari hasil ini maka ke depan dalam pelaksanaan program semacam ini perlu dialokasikan waktu yang lama pada saat sosialisasi dengan jangkauan masyarakat yang lebih luas dan menghargai keberagaman modal sosial yang ada dalam masyarakat. (ABSTRACT) Growth of agriculture development in Indonesia is dynamic. Various technologies are tried to increase the agricultural sector which becoming the main living of most society in Indonesia. Now, agriculture development is adopting the business known as the agrobusiness concept. Agrobusiness concept is developed to be the agropolitan concept with the area approach that is supported by community participation. Agropolitan needs the community support, so the implementation of agropolitan have to accommodate and improve the community capacity. Various local wisdoms are builded in a long time can be a strategic social capital. Since 2004, Government of Magelang Regency have been executing the agropolitan program to develop the agricultural sector. But until today it has never been evaluated deeply about the success or the failure of that programme, especially about the community participation. Therefore, this research aim to get the description about social capital in the implementation of agropolitan. Social capital to be studied in this research cover the : Network, Norm and Social Trust. This research is done in one village that representing center of agropolitan, that is Sewukan Village, and two hitterland villages which get the influence of agropolitan programme, is Sengi Village and Dukun Village. This kind of research applies descriptive that is done to draw a description of situation objectively. Collecting data uses technique of interview, observation, and documentation and analyzed qualitative. Result of research shows that the Government of Magelang Regency in implementation of agropolitan, use the permanent form that assume work linier with the phasing and execution targeted can be finished in range of or span of the time which have been determined. In the reality, this strategy is unable to accommodate the diversity of social capital which exist in the community. Those still a lot of communities who live in centre of agropolitan still never know and passively about the success of agropolitan. In the future, the government of Magelang Regency must allocatie more time to socialize which reach more comm} }