@thesis{thesis, author={ }, title ={ANALISIS POLA KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA INDONESIA, 2011}, year={2013}, url={http://new.etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/59520}, abstract={(ABSTRAKSI) Penelitian ini bertujuan menganalisa pola konsumsi pangan rumah tangga di Indonesia secara keseluruhan, menurut klasifikasi daerah dan kelompok pendapatan dengan menggunakan data Susenas 2011 triwulan I yang dikumpulkan oleh BPS. Metoda analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis ekonometrika dengan menggunakan model Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS). Hasil analisis pola konsumsi menunjukkan bahwa secara keseluruhan proporsi pengeluaran pangan terbesar rumah tangga Indonesia adalah untuk kelompok pangan makanan/minuman jadi. Bila dilihat dari klasifikasi daerah maka proporsi pengeluaran pangan terbesar rumah tangga di desa adalah beras, sementara proporsi pengeluaran pangan terbesar rumah tangga di kota adalah untuk makanan/minuman jadi. Sementara bila dilihat dari kelompok pendapatan, semakin tinggi pendapatan maka proporsi pengeluaran untuk makanan jadi semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber karbohidrat utama rumah tangga Indonesia adalah beras dan kelompok pangan sumber protein hewani (ikan/daging/telur/susu) merupakan barang komplemen dari kelompok pangan tembakau/sirih dan minuman yang mengandung alkohol. Hal ini berlaku bagi seluruh rumah tangga menurut klasifikasi daerah maupun kelompok pendapatan. Kecuali untuk komoditi beras menurut klasifikasi daerah, penduduk di desa umumnya lebih responsif terhadap perubahan harga dari pada perubahan pendapatan. Rumah tangga dengan pendapatan rendah umumnya juga lebih responsif terhadap perubahan harga dari pada perubahan pendapatan dibanding rumah tangga dengan kelompok pendapatan yang lebih tinggi. Faktor sosial demografi yang diteliti dalam penelitian ini yaitu jumlah anggota rumah tangga, lama pendidikan kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga dan lapangan pekerjaan kepala rumah tangga, memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap permintaan dari seluruh kelompok pangan yang diteliti, baik untuk rumah tangga Indonesia secara keseluruhan maupun rumah tangga menurut klasifikasi daerah dan kelompok pendapatan. (ABSTRACT) The purpose of this study is to analyze food consumption patterns among households in Indonesia based on both regional and income group classifications from the 2011 National Socio-Economic Survey (Survei Sosial-Ekonomi Nasional - Susenas 2011) of Quarter I by the Central Bureau of Statistics (Badan Pusat Statistik - BPS). Descriptive and econometric analysis was done by the Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS) model. Results of the analysis of food consumption patterns show that the largest proportion of food expenditure among households in Indonesia was allocated for finished food or beverage group. In view of the regional classification, the largest proportion of food expenditure among households in rural areas was allocated for rice, while that in urban areas was allocated for finished food or beverage. In view of the income group classification, the higher the income, the larger the proportion of expenditure for finished food. Results of the study show that the main source of carbohydrate for households in Indonesia was rice, while a group of foods as the source of animal proteins (fish/meat/egg/milk) were complementary for tobacco/ betel and alcoholic beverage. It applied for all households based on both regional and income group classifications. With an exception of rice commodity based on the regional classification, people in rural areas are generally more responsive to changes in price than those in income. Households with low income are generally more responsive to changes in price than those with high income. Socio-demographic factors examined in the study included the number of household members as well as length of education, gender, and employment of the heads of household, all of which had various effects on demand from all the food groups studied, both for households in Indonesia and those based on both regional and income group classifications.} }