@thesis{thesis, author={Rofiq Mahbub Ainur}, title ={Izin wanita dewasa dalam perkawinan: Studi Konstruksi Sosial Pandangan Kiai NU dan Muhammadiyyah Kota Malang}, year={2016}, url={http://etheses.uin-malang.ac.id/10223/}, abstract={ABSTRAK Sistem kekerabatan di Indonesia, menganut sistem kekerabatan masyarakat di kawasan Timur Tengah yaitu patrilineal. Otoritas ayah atau suami menempati posisi yang dominan dan memiliki peran sangat penting dalam keluarga. Sedangkan Ibu atau istri hanya ikut terlibat sebagai anggota keluarga dalam suatu rumah tangga. Untuk itu, dalam hal perkawinan, seorang ayah berhak menentukan calon suami untuk putrinya. Mengingat dalam budaya Arab, martabat sosial mereka diukur dari garis keturunan ayahnya. Sebaliknya laki-laki bangsawan bebas menikahi semua jenis perempuan lebih dari satu. Berangkat dari realita tersebut, penulis ingin mencoba mengungkap eksistensi izin wanita dewasa dalam perkawinan dari para Kiai NU dan Muhammadiyyah yang ada di kota Malang, berikut dengan konstruksi sosial mereka tentang hal itu. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research) yang didukung dengan data-data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan. Sementara metode pengumpulan data yang digunakan dengan cara wawancara, observasi, dan juga dokumentasi. Dan analisis data yang dipakai oleh peneliti adalah deskriptif kualitatif. Berikutnya paradigma dalam penelitian ini adalah naturalistic paradigm, dengan menggunakan teori konstruksi sosial Peter Berger sebagai perspektif dalam penelitian ini. Kemudian hasil dan temuan penelitian tesis ini adalah sebagaimana berikut: Pertama, Seluruh para Kiai NU dan Muhammadiyyah menyikapi yurisprudensi para ulama klasik tentang eksistensi izin wanita dewasa sangatlah beragam. Sebagian mereka melandaskan argumen mereka pada dasar teologis, sementara sebagian yang lain melandaskan pendapat mereka kepada alasan sosiologis. Kedua, Mengenai batas dewasa dalam perkawinan, semua Kiai NU dan Muhammadiyyah bependapat berdasarkan alasan-alasan sosiologis. Ketiga, Adapun mengenai konstruksi sosial para Kiai NU dan Muhammadiyyah kota Malang mengenai eksistensi izin wanita dewasa dalam perkawinan, mereka memiliki argumentasi yang bervariasi. (a), konstruksi teologis para Kiai NU dan Muhammadiyyah Kota Malang yang kental dengan tradisi ke-NU-an cenderung dogmatis. Mereka lebih memposisikan izin wanita dewasa secara tekstual-normatif. (b), Sementara para Kiai NU dan Muhammadiyyah Kota Malang yang berlatarbelakang organisasi Muhammadiyyah dan salah seorang Kiai NU dan Muhammadiyyah dari kalangan NU melandaskan argumentasinya pada alasan sosiologis masyarakat muslim Indonesia. ABSTRACT The kinship system in Indonesia embracing system of kinship communities in the Middle East region is patrilineal. Authorities father or husband occupies a dominant position and has a very important role in the family. While the mother or wife is only involved as a family member of a household. Therefore, in the case of marriage, a father is entitled to determine a husband for his daughter. Given the Arab culture, social dignity they are measured from the lineage of his father. Instead royalty-free male marries all types of women more than one. Departing from this reality, the author would like to try to uncover the existence of adult women in the marriage license from the experts of Islamic law in the city of Malang, following the social construct them about it. The type of research used in this research is a field research which is supported by the data obtained from the literature library. While the data collection methods used by interview, observation, and documentation. And data analysis used by researchers is descriptive qualitative. The next paradigm in this study is naturalistic paradigm, using the theory of social construction as Peter Berger perspective in this study. Then the results and findings of this thesis are as follows: First, The entire Islamic legal experts addressing the jurisprudence of classical scholars about the existence of consent adult woman with very diverse. Most they base their arguments on theological grounds, while others base their opinion of them to sociological reasons. Second, Regarding adult boundaries in marriage, all Islamic legal experts argue based sociological reasons. Third, as for the social construction of Islamic legal experts on the existence of Malang city permit adult women in marriage, they have argued that varies. (a), construction of theological experts of Islamic law Malang with a strong tradition of NU's all tend to be dogmatic. They are more mature women positioned permission textually-normative. (b), While legal experts Malang Islamic backgrounds Muhammadiyyah organization and an expert in Islamic law from the NU bases its arguments on the Indonesian Muslim community sociological reasons.} }