@thesis{thesis, author={Februyani Nawafila}, title ={Pengaruh pemberian Ion logam Cu2+ terhadap perkembangan dan kandungan metabolit sekunder (stigmasterol dan sitosterol) kalus purwoceng (Pimpinella alpine molk.) secara in vitro}, year={2013}, url={http://etheses.uin-malang.ac.id/1050/}, abstract={INDONESIA: Purwoceng (Pimpinella alpine Molk.) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang memiliki berbagai manfaat sebagai obat dan dikategorikan hampir punah. Purwoceng dilaporkan memiliki banyak kandungan fitokimia diantaranya yaitu stigmasterol dan sitosterol yang dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan obat. Metode alternatif untuk menghasilkan senyawa metabolit sekunder secara In Vitro yaitu menggunakan teknik kultur jaringan dan elisitasi menggunakan ion logam Cu2+. Pemberian ion logam Cu2+ menyebabkan terjadinya cekaman sehingga mengakibatkan produksi metabolit sekunder menjadi meningkat sebagai upaya pertahanan diri, dan ion logam Cu2+ berperan sebagai kofaktor enzim yang berperan langsung dalam pembentukan senyawa stigmasterol dan sitosterol. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh perkembangan kalus serta peningkatan kadar stigmasterol dan sitosterol dengan pemberian ion logam Cu2+ dengan berbagai tingkatan konsentrasi. Penentuan tingkat pengaruh kalus terhadap elisitor Cu2+ dilakukan dengan mengamati perubahan morfologi dan berat kalus dalam media Cu2+ dengan konsentrasi 0 µM (kontrol), 20 µM, 30 µM, dan 40 µM. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh terhadap kadar stigmasterol dan sitosterol dilakukan uji menggunakan metode kromatografi kolom dan hasil dianalisis secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian logam Cu2+ dengan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh terhadap perkembangan kalus yang meliputi warna kalus, tekstur kalus, dan berat kalus. Perubahan terjadi pada warna dan berat kalus, diketahui bahwa warna kalus mengalami perubahan pada setiap konsentrasi, semakin tinggi konsentrasi Cu2+ maka semakin pekat warna kalus yang di hasilkan dan menandakan tingginya produksi metabolit sekunder yang terproduksi. Berat kalus diketahui semakin tinggi pada konsentrasi Cu2+ 40µM yaitu sekitar 0,29gr. Sedangkan pada pengaruh pembentukan metabolit sekunder diketahui menghasilkan stigmasterol dan sitosterol tertinggi pada konsentrasi Cu2+ 40µM yaitu 1695.620 ppm dan 3128.739 ppm. Berdasarkan perkembangan kalus dan kadar stimasterol dan sitosterol diketahui bahwa pada konsentrasi pemberian ion logam Cu2+ sebesar 40µM merupakan konsentrasi yang optimal terhadap pengaruh perkembangan kalus dan peningkatan kadar stigmasterol dan sitosterol pada kalus purwoceng (Pimpinella alpine Molk.). ENGLISH: Purwoceng (Pimpinella alpine Molk) Is an original Indonesian plant which has many benefits as a drug and categorized almost extinct. Purwoceng reported to have many of them are phytochemical content stigmasterol and sitosterol that can be used as materials for drug. An alternative method for producing secondary metabolites In Vitro is using tissue culture techniques and elicitation using metal ions Cu2+. The addition of Cu2+ elicitor causes stress which causes the production of secondary metabolites increasing in an effort of self-defense, and Cu2+ elicitor acts as a cofactor of enzymes that play a direct role in the formation of compounds stigmasterol and sitosterol. The research aims to study the effect of callus growth and increasing levels of stigmasterol and sitosterol with the addition of Cu2+ metal elicitor with different levels of oncentration. Determination of the level of response to Cu2+ elicitor was done by observing morphological changes and callus weight in Cu2+ media with concentration of 0 ?M (control), 20 ?M, 30 ?M, and 40 ?M. While to know the response to stigmasterol and sitosterol levels tested, it was conducted a test using column chromatography and the results were analyzed descriptively. The results showed that the addition of Cu2+ elicitor metal with various concentrations gave response to the development of callus which includes color, texture callus, and callus weight. The major changes happened to the color and weight of callus, it is known that the color changes at each concentration, the higher the concentration of Cu2+, the more intense callus color produced and signifies the high production of secondary metabolites which are produced. Callus weight which is known higher on concentration Cu2+ 40?M is approximately 0.29 grams. Meanwhile, in response to the formation of secondary metabolites known to produce stigmasterol and sitosterol is highest on concentration of Cu2+ 40?M i.e, 1695,620 ppm and 3128,739 ppm. Based on callus growth and levels stigmasterol and sitosterol, it is known that the concentration of Cu2+ elicitor by the addition of 40?M is an optimal concentration for callus growth responses and increasing levels of stigmasterol and sitosterol in callus Purwoceng (Pimpinella alpine Molk).} }