@thesis{thesis, author={Rizky Bhaskara}, title ={PEMAKNAAN MURAL GRAFITTI “Indonesiaku kaya raya tapi kok sengsara” (Studi semiotic pemaknaan Mural Grafitti “Indonesiaku kaya raya tapi kok sengsara”)}, year={2010}, url={http://www.upnjatim.ac.id}, abstract={Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemaknaan mural graffiti Mural Grafitti ?Indonesiaku kaya raya tapi kok sengsara?kedalam sistem komunikasi berupa tanda dan lambang. Penelitian ini menggunakan kedekatan teori pemaknaan, penggambaran bom berwajahkan (superhero) spiderman, tulisan, warna dalam grafitti, dan komunikasi sebagai suatu proses simbolik. Mural Grafitti tersebut akan diteliti dengan menggunakan pendekatan studi semiotik, yaitu teori semiotik menurut Charles S. Pierce. Berdasarkan teori semiotik Pierce maka gambar mural grafiiti tersebut akan diteliti berdasarkan pengelompokan tanda Pierce. Ikon (icon) yaitu suatu hubungan antara tanda dan objek yang bersifat kemiripan. Indeks (index) yaitu adanya suatu hubungan alamiah dengan antara tanda dan petanda yang terdapat hubungan sebab akibat. Simbol (symbol) yaitu merupakan tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Berdasarkan pengamatan penulis terhadap mural graffiti ?Indonesiaku kaya raya tapi kok sengsara? maka penulis memaknai ikon Mural Grafitti adalah gambar bom berwajahkan (superhero) spiderman. Indeks dalam Mural Grafitti tersebut adalah teks / tulisan ?Indonesiaku kaya raya tapi kok sengsara?. Sedangka simbol adalah topeng berwarna hijau dan segala bentuk pewarnaan. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian pada mural graffiti ?Indonesiaku kaya raya tapi kok sengsara?, maka dapat dimaknai bahwa graffiti bukan hanya sekedar seni corat-coret tembok yang hanya bias merusak tata kota. Namun dibalik itu semua ada sebuah pesan yang terkandung dalam graffiti tersebut. Pesan dalam mural graffiti tersebut adalah Indonesia pada saat ini sangatlah kacau. Apalagi dalam permasalahan hukum, Seseorang yang salah dapat dibenarkan, dan yang benar disalahkan.Bila keadaan seperti terus berlanjut maka akan hancurlah Indonesia. Sebab kehancuran tersebut dikarenakan banyak orang-orang yang mampu, peduli untuk dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik, namun karena banyaknya peraturan atau sistem yang mengikatnya. Hal itu yang menyebabkan orang-orang tersebut untuk terpaksa diam dan tidak jadi melakukan apa-apa. Sedangkan orang-orang yang seharusnya bertindak dan mempunyai kekuasaan (pejabat) justru diam. Menganggap tidak terjadi apa-apa namun hanya mengambil keuntungan sebesar-besarnya untuk pribadi, serta golongan diatas penderitaan orang lain.} }