@thesis{thesis, author={61140072 YEREMIA KRISNA DIKA MAHENDRA}, title ={PERANCANGAN PERMUKIMAN PETANI BERKELANJUTAN BERBASIS RELOKASI MANDIRI DENGAN PENDEKATAN SOSIO-SPASIAL DI KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA}, year={2018}, url={https://katalog.ukdw.ac.id/1823/}, abstract={Proyek pembangunan New Yogyakarta InternationaL Airport (NYIA) yang dimulai pada 27 Januari 2017 di Kulon Progo, membutuhkan lahan seluas 637 hektar dan akan diperluas menjadi 2000 hektar untuk merealisasikan 'airport city' /kota bandara. Lokasi lahan pembangunan NYIA terletak di 6 desa dalam wilayah administratif Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, antara lain Desa Glagah Palihan, Sindutan, Jangkaran, Kebonrejo, dan Temon Kulon. Pemerintah melalui pihak terkait, yaitu PT Angkasa Pura I telah memberikan ganti dan area relokasi bagi masyarakat yang terdampak proyek pembangunan NYIA. Dengan adanya proyek tersebut, warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani kehilangan tempat tinggal dan area penghidupannya (lahan pertanian). Permukiman baru yang dibangun pada area relokasi yang sudah disediakan tidak lagi mendukung penghidupan warga, konversi ruang pasca relokasi menghilangkan ruang penghidupan warga (aktivitas pertanian) dan ruang-ruang sosial. Transformasi ruang tidak lagi menyediakan ruang untuk alam bersinergi dengan manusia seperti pada pemukiman sebelumnya. Sehingga diperlukan penanganan khusus dalam perencanaan permukiman pascarelokasi agar masyarakat ke depannya mampu terus bertahan. Perancangan Permukiman Petani berkelanjutan Berbasis Relokasi Mandiri dengan .Pendekatan Sosio-Spasial merupakan salah satu pendekatan ide solusi yang mencoba menangkap fenomena dan dampak yang terjadi akibat proyek pembangunan NYIA, dengan mengambil studi kasus pada warga Dukuh Kragon 2, dimana warga Dukuh Kragon 2 adalah salah satu dukuh terdampak yang kehilangan semua lahan, pertanian dan permukiman. Konsep berkelanjutan mencoba diterapkan agar masyarakat mampu menghadapi tantangan di masa yang akan datang, dimana masyarakat tetap bertani ditengah perkembangan kota menuju arah modern. Berbasis relokasi mandiri agar aktivitas dan ruang yang terbentuk bisa di tentukan sendiri oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhannya, Untuk mencapai hal tersebut maka dipilihlah pendekatan sosio-spasial, karena pada pendekatan ini mengutamakan pola-pola perilaku manusia sebagai objek desain, sehingga dalam proses perancangan kawasan fisik permukiman warga sesuai dengan kebutuhan dan mampu mendukung kehidupan serta penghidupan warga di area permukiman yang baru.} }