@thesis{thesis, author={01110016 ZEFANYA DUTA PRASETYA}, title ={MEMBACA PERGUMULAN YESUS DALAM MARKUS 14:32-42 MELALUI PERSPEKTIF PANGESTU - SEBUAH KAJIAN HERMENEUTIK LINTAS BUDAYA}, year={2016}, url={https://katalog.ukdw.ac.id/1955/}, abstract={Semangat keterbukaan mendorong dunia ketiga untuk bersuara dalam budayanya sendiri, dan tidak tenggelam dalam hegemoni budaya barat. Semangat ini mengajak orang Asia untuk tidak terjebak dalam sempitnya kebenaran tunggal, dan memahami bahwa sebuah teks dapat dipahami secara berbeda-beda. Semangat ini diwujudkan dalam tiga metode melihat Alkitab, seperti yang disebutkan oleh Kwok Pui-Lan, yang meliputi metode cross-textual, melihat-melalui, dan metode yang menggunakan mitos-mitos, cerita-cerita, fabel-fabel, dan legenda-legenda Asia. Dari ketiga metode tersebut, penulis menggunakan metode melihat-melalui. Metode ini melihat teks Alkitab dengan menggunakan kacamata atau lensa dari tradisi kebudayaan tertentu. Penulis menggunakan teks Injil Markus 14:32-42 sebagai teks Alkitab yang akan dilihat. Dengan menggunakan pendekatan naratif, penulis melihat bahwa teks ini menceritakan pergumulan berat yang sedang dialami oleh Yesus, hingga Ia merasa ngeri dan tertekan. Sedangkan tradisi kebudayaan yang dipakai adalah aliran kebatinan Pangestu. Aliran kebatinan ini mengajarkan pegolahan jiwa sebagai sebuah cara untuk membentuk diri, dan mengarahkan diri kepada hal-hal positif. Dengan metode ini, penulis mencoba melihat pergumulan Yesus dengan menggunakan aliran kebatinan Pangestu sebagai lensanya. Dari hal tersebut, penulis menemukan beberapa poin. Pertama, aliran Pangestu memperluas kedalaman pergumulan Yesus, dan memperlihatkan perasaan-perasaan apa saja yang Ia rasakan sehingga mengalami pergumulan tersebut. Kedua, gaung pengolahan jiwa Pangestu terdapat dalam setiap tindakan Yesus, yang menunjukkan bahwa Yesus berusaha untuk kembali membentuk diri-Nya dan memantapkan hati-Nya untuk setia pada rancangan Allah. Dengan demikian, maka kajian ini menunjukkan bahwa sebuah teks Alkitab dapat dipahami melalui tradisi budaya Asia sendiri.} }