@thesis{thesis, author={Irsaad Nabhila}, title ={Mitos Nilai Kemanusiaan dalam Sampul Paspor Skins of Peace oleh Amnesty International}, year={2020}, url={}, abstract={Skripsi ini berjudul “Mitos Nilai Kemanusiaan dalam Sampul Paspor Skins of Peace oleh Amnesty International: Kajian Semiotika”. Skripsi ini ditujukan untuk mendeskripsikan cara mitos mengenai nilai kemanusiaan dibangun dalam sampul paspor Skins of Peace dan dampak dari pembangunan mitos mengenai nilai kemanusiaan yang dibangun dalam sampul paspor Skins of Peace. Objek penelitian penulis merupakan gambar sampul paspor Skins of Peace yang kemudian dipilih tiga gambar data penelitian. Data diambil dari laman web www.skinsofpeace.com. Tanda verbal dan nonverbal yang muncul kemudian diteliti untuk mengetahui cara mitos mengenai nilai kemanusiaan dibangun dalam sampul paspor Skins of Peace dan dampak dari pembangunan mitos mengenai nilai kemanusiaan yang dibangun dalam sampul paspor Skins of Peace. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Penulis menggunakan teori semiotika Roland Barthes (1985), teori mengenai nilai kemanusiaan dalam Islam oleh Sayyid Musa Sadr (2011), teori mengenai nilai kemanusiaan oleh Sai Sathya Education (2007), teori open views dan closed views mengenai Islam oleh Gordon Conway (1997), dan teori mengenai konsep damai dalam Al-Qur’an oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (2017). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mitos mengenai nilai kemanusiaan dibangun dalam sampul paspor Skins of Peace dengan memunculkan nilai kemanusiaan dalam Islam berupa ketundukan manusia terhadap Tuhannya, termasuk dalam mengupayakan kedamaian sesuai ajaran Al-Qur’an, yang didukung empat nilai kemanusiaan menurut Sai Sathya Education, yaitu nilai kedamaian (peace), nilai perilaku baik (right conduct), nilai cinta (love), dan nilai tanpa kekerasan (nonviolence) melalui tanda verbal dan nonverbal. Dampak dari pembangunan mitos tersebut adalah adanya dukungan terhadap open views mengenai Islam, pembantahan terhadap closed views mengenai Islam yang juga merupakan islamophobia, dan adanya dukungan terhadap konsep damai dalam Al-Qur’an.} }