@thesis{thesis, author={Maharjana Ida Bagus Nyoman and Putri A.A Nila Cahya and Sutema Ida Ayu Manik Partha}, title ={GAMBARAN RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA HIPERTENSI DI PUSKESMAS II DENPASAR BARAT}, year={2020}, url={http://repo.unbi.ac.id/id/eprint/3/}, abstract={Latar belakang: Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi pada pembuluh darah disebabkan oleh adanya peningkata tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat. Penyakit ini terjadi seiring bertambahnya usia diakibatkan hilangnya elastisitas pembuluh darah. Golongan CCB, ACEI, dan ARB merupakan first therapy pada hipertensi, namun banyak dilaporkan tidak adanya rasionalitas penggunaan obat dalam terapi penyakit hipertensi. Salah satu alternatif yang dilakukan yaitu melakukan analisis menggunakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) dan MAI (Mediacation Appropriateness Index) untuk melihat gambaran rasionalitas pemberian obat pada pasien hipertensi. Tujuan: Mengetahui gambaran rasionalitas penggunan obat hipertensi terhadap standar pengobatan hipertensi menggunakan standar The Joint National Committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure (JNC) VIII dan Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Hipertensi) di Puskesmas II Denpasar Barat. Metode: Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian observasional yang dilakukan dengan metode deskriptif. Pengambilan data dikumpulkan secara retrospektif karena dilakukan penelusuran terhadap data yang telah lampau yaitu melalui lembar rekam medis pasien hipertensi tahun 2019. Sampel yang diambil sebanyak 61. Hasil: Pada distribusi tepat pemilihan obat mendapatkan score 100%, tepat indikasi 100%, tepat dosis 100%, tepat cara dan lama penggunaan 100% dan waspada terjadi efek samping 36,36%. Untuk penilaian value MAI pada dua apoteker yang berbeda di dapatkan hasil 0,83. Kesimpulan : Adanya gambaran rasionalitas penggunaan obat hipertensi pada pasien serta adanya persamaan persepsi penilaian MAI antara dua apoteker yang berbeda di Puskesmas II Denpasar Barat.} }