@thesis{thesis, author={Jasmadi Joko Kartiko JJK and M. Nazarudin (030811020) MN and Selvia Putri Kurniasari SPK}, title ={GAMBARAN NILAI AST DAN ALT PADA PASIEN JIWA RAWAT INAP PEMAKAI KLORPROMAZIN DI RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM KALIMANTAN SELATAN MARET 2013}, year={2013}, url={http://repo.unbl.ac.id/552/}, abstract={GAMBARAN NILAI AST DAN ALT PADA PASIEN JIWA RAWAT INAP PEMAKAI KLORPROMAZIN DI RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM KALIMANTAN SELATAN MARET 2013 AST and ALT Levels In Hospitalized Psychiatric Patients Chlorpromazine User In Sambang Lihum Psychiatric Hospital South Kalimantan March 2013 Selvia Putri Kurniasari(1). Jasmadi Joko Kartiko(2). Muhammad Nazarudin(1). 1) Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari 2) Kepala Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin Jln. Kelapa Sawit 8 Bumi Berkat No. 1 Telp (0511) 7672224 Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714 e-mail : Selvia.analis87@gmail.com ABSTRACT Mental disorder is a disorder of the mind, feelings, and behavior that cause distress and disruption of daily functioning. Chlorpromazine is an antipsychotic drug for the treatment of psychotic disorders have impaired liver function side effects and can cause an increase in liver aminotransferase enzyme. AST dan ALT enzymes are liver aminotransferase enzymes that are sensitive to damage to the liver cells. Cholestasis or Chlorpromazine jaundice can occur 3-6 weeks after starting taking the drugs. The purpose of this study to describe of AST and ALT levels in hospitalized psychiatric patients chlorpromazine user in Sambang Lihum psychiatric hospital South Kalimantan March 2013. This Study is a descriptive survey. Population in this study were all hospitalized psychiatric patients chlorpromazine user in Sambang Lihum psychiatric hospital South Kalimantan. Samples from this study were taken by porposive sampling technique. Examination performed using a photometer analyzer BTS-350 Biosystems at a wavelength of 340 nm. From 30 samples studied in hospitalized psychiatric patients chlorpromazine user over 6 weeks, obtained abnormal AST enzyme levels were 17 people (57%) and abnormal ALT as many as 24 people (80%). Abnormal levels of AST and ALT average found in the group with duration of use of chlorpromazine for 8-12 weeks. The result are expected to conduct relevant agencies AST and ALT with routine for hospitalized psychiatric patients to be able to do early detection of possible liver damage due to drug use psychiatric theraphy. Key words: Mental disorders, Chlorpromazine, AST, ALT ABSTRAK Gangguan jiwa adalah gangguan pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Klorpromazin adalah obat antipsikotik untuk penanganan gangguan psikotik yang memiliki efek samping gangguan fungsi hati dan dapat menyebabkan kenaikan enzim aminotransferase. Enzim AST dan ALT adalah enzim aminotransferase hati yang peka pada kerusakan sel-sel hati. Kolestasis atau ikterus klorpromazin dapat terjadi 3-6 minggu setelah mulai mengkonsumsi obat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran nilai AST dan ALT pada pasien jiwa rawat inap pemakai klorpromazin di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Kalimantan Selatan. Penelitian ini bersifat survey deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien jiwa rawat inap pemakai klorpromazin di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Kalimantan Selatan. Sampel dari penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling. Pemeriksaan dilakukan menggunakan alat photometer Analyzer BTS-350 Biosystems pada panjang gelombang 340 nm. Dari 30 sampel yang diteliti pada pasien jiwa rawat inap pemakai klorpromazin dosis 100 mg lebih dari 6 minggu yang diteliti, diperoleh kadar enzim AST abnormal sebanyak 17 orang (57%) dan ALT abnormal sebanyak 24 orang (80%). Kadar AST dan ALT Abnormal rata-rata ditemukan pada kelompok dengan lama pemakaian klorpromazin selama 8-12 minggu. Hasil yang ada diharapkan instansi terkait melakukan pemeriksaan AST dan ALT secara rutin untuk pasien jiwa rawat inap agar dapat dilakukan pendeteksian dini terhadap kemungkinan adanya kerusakan hati akibat pemakaian obat-obatan terapi jiwa.} }