@thesis{thesis, author={Suryandani Putu Dinia}, title ={Culture-related Content in Indonesian EFL Textbook}, year={2022}, url={http://repo.undiksha.ac.id/10424/}, abstract={Pembelajaran bahasa tidak lepas dari pengenalan budaya. Sangat menarik untuk mengetahui apakah budaya yang diperkenalkan dalam bahan ajar tersebut merupakan budaya sumber, budaya sasaran, atau budaya internasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan budaya dan sumber budaya dalam buku teks Bahasa Indonesia EFL. Sumber data ini adalah buku teks Bahasa Indonesia EFL berjudul Think Globally Act Locally yang digunakan untuk siswa kelas sembilan SMP. Dalam menganalisis data konten budaya, teori yang digunakan adalah teori Byram (1989) yang mengajukan delapan konten budaya. Sedangkan teori sumber budaya yang digunakan adalah dari Cortazzi & Jin (1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam buku ini muatan budaya yang ditampilkan dalam buku teks adalah (1) identitas sosial dan kelompok sosial; (2) interaksi sosial; (3) keyakinan dan perilaku; (4) lembaga sosial dan politik; (5) sosialisasi dan siklus hidup; (6) sejarah nasional; (7) geografi nasional; dan (8) stereotip dan identitas nasional. Selain itu, temuan ini juga mengungkapkan bahwa buku teks EFL tidak hanya mencerminkan budaya sasaran, tetapi juga budaya sumber dan internasional. Budaya sumber adalah budaya yang paling sering ditampilkan dalam materi, sedangkan budaya internasional adalah yang paling jarang ditampilkan. Buku ini lebih menekankan pada budaya sumber, yang muncul lebih dari budaya target. Makalah ini berfokus pada bagaimana menyajikan pengetahuan latar belakang budaya dan mengekspos peserta didik untuk itu dalam konteks pengajaran bahasa Inggris dalam buku teks bahasa Indonesia, dengan tujuan menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh perbedaan budaya. Berdasarkan temuan, terdapat proporsi representasi budaya yang jelas tidak proporsional menyiratkan bahwa kebijakan yang membutuhkan pengembangan representasi budaya proporsional sangat dibutuhkan seperti gambar dan teks harus digunakan lebih eksplisit untuk menumbuhkan pemahaman kritis dan reflektif budaya target.} }