@thesis{thesis, author={Jennifer }, title ={Analisis Kondisi Lingkungan Kerja yang Mendukung Kenyamanan Operator di Perusahaan Elektronik Jakarta}, year={2018}, url={}, abstract={Kenyamanan kerja dari operator didukung lingkungan dalam ruangan yang memenuhi kondisi nyaman baik dalam hal kondisi lingkungan maupun konsumsi energi dan secara ergonomi (Hedge, 2012). Kenyamanan kerja operator di Business Unit Air Conditioner (BU AC) pada sebuah perusahaan elektronik di Jakarta dipengaruhi oleh dua kondisi lingkungan kerja yaitu, lingkungan kerja tidak langsung akibat termal dan lingkungan kerja langsung akibat fasilitas kerja yang tidak ergonomis. Ketidaknyamanan pada stasiun evaporator merupakan salah satu akibat dari faktor lingkungan kerja fisik tidak langsung yang bersuhu tinggi yakni berkisar 31oC-36oC dan faktor lingkungan kerja fisik langsung yang memiliki fasilitas kerja yang tidak ergonomis sehingga menyebabkan posisi membungkuk pada saat penggunaan fasilitas. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah menganalisis lingkungan kerja yang mencakup lingkungan termal dan lingkungan fasilitas kerja untuk mendukung kenyamanan operator. Metode yang digunakan untuk mengetahui besarnya ketidaknyamanan kerja yang terjadi adalah Metode Heat Stress Index (HSI), dan Rapid Upper Limb Assessment (RULA) untuk menilai postur kerja akibat fasilitas kerja yang digunakan oleh operator. Hasil analisis kondisi lingkungan kerja termal didapatkan suhu udara rata-rata lantai produksi adalah sebesar 34.79oC, kecepatan angin 1.01 m/s dan kelembaban 53.45% yang menyebabkan terjadinya heat stress sebesar 51.95 yang merupakan kategori severe strain yang menjadi salah satu faktor ketidaknyamanan operator. Alternatif perbaikan kondisi lingkungan kerja termal dilakukan melalui pemasangan air cooler yang akan menurunkan Percentage of Dissatisfied (PPD) dari 96% menjadi 34%. Selain dari lingkungan kerja termal, faktor lain yang menimbulkan ketidaknyamanan operator juga berasal dari lingkungan fasilitas kerja. Hasil analisis mengenai lingkungan fasilitas kerja didapatkan bahwa penggunaan fasilitas kerja saat ini menyebabkan postur kerja operator memiliki skor paling besar 6 dan 5 pada operator 9 dan 11 yang menimbulkan ketidaknyamanan operator. Berdasarkan hasil tersebut, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membahas perbaikan fasilitas kerja agar postur kerja operator tidak menimbulkan ketidaknyamanan.} }