@thesis{thesis, author={Abdina Very}, title ={Penilaian Alternatif Keputusan Dengan Banyak Kriteria Menggunakan Model Sistem Keputusan Intelijen Interaktif Metode UTA - Utilite Additive (Studi Kasus di PT Bursa Efek)}, year={2001}, url={http://repository.its.ac.id/64003/}, abstract={Penilaian altematif keputusan saham sehingga diketahui ranking altematif saham merupakan permasalahan utama pada penelitian ini. Saham biasa yang listing pada Bursa Efek Jakarta yang berjumlah 285 saham dinilai dan ditentukan rankingnya berdasarkan utilitasnya. Fase disagregasi bertujuan untuk mengkonstruksi sebuah model preferensi dari kebijakan yang telah ditentukan DM pada sebuah himpunan referensi denganjumlah terbatas yang telah dikenal olehnya (familiar). Fase yang kedua yaitu fase agregasi, berdasarkan informasi yang diperoleh dari fase disagregasi, bertujuan untuk mengkonstruksi nilai atau fungsi utilitas global. Dimulai dengan penetapan skala terbaik dan skala terburuk untuk masingmasing kriteria, DM kemudian diminta untuk memilih himpunan referensi dengan jumlah terbatas dan sekaligus menetapkan titik-titik interval dengan menggunakan midvalue point technique agar bisa menghitung utilitas dari performansi altematif pada masing-masing kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi altematif tersebut. Setelah menaksir bobot tiap kriteria dari skala terbaiknya yang menunjukkan seberapa besar kriteria tersebut mempengaruhi nilai global utilitas altematif, menaksir fungsi utilitas global dan menghitung utilitas global altematif, kemudian dilakukan tes konsistensi pada proses penetapan skala, direct ordering/direct ranking dan global utility ordering dengan parameter F* (dimana terjadi over estimation) dan koefisien Kendalls "t (sebesar 0.6667), dimana hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa terjadi ketidakkonsistenan preferensi yang diberikan oleh DM sehingga perlu diadakan analisa sensitivitas. Untuk fungsi global utilitas, bobot terbesar dimiliki oleh kriteria EPS yaitu sebesar 0.9183 dan bobot terkecil dimiliki oleh kriteria beta, yaitu sebesar 0. 000000610221, sehingga bisa disimpulkan bahwa investor termasuk tipe risk indifference yang/namun mengharapkan penghasilan/perolehan sebesar mungkin. Setelah dilakukan ekstrapolasi fungsi utilitas global, diperoleh hasil bahwa sebenamya ke 285 altematif saham yang ada memiliki peringkat hanya sebanyak 56, karena adanya threshold dari DM sebesar 0.01 (8). Namun dalam pemilihan saham untuk dijadikan wahana investasi, kita tidak bisa hanya dengan melihat peringkatnya saja, dengan anggapan bahwa semua altematif yang berada pada satu peringkat adalah sama baiknya dan kita bisa memilih salah satu yang manapun diantaranya. Hal ini dikarenakan threshold hanya berlaku untuk tiap consecutive action (tindakan dengan peringkat yang berurutan).} }