@thesis{thesis, author={Widyawati Endang}, title ={Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis (TB) Paru Fase Intensif di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Kota Blitar}, year={2019}, url={http://repository.phb.ac.id/1073/}, abstract={Tingginya angka kejadian dan kegagalan pengobatan pasien TB paru mengakibatkan masalah peningkatan penularan. Data tahun 2017 di RS Mardi Waluyo pasien TB paru BTA positif 32 pasien dengan konversi BTA positif menjadi tetap positif sebanyak 9,4% setelah pengobatan fase intensif. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan faktor pendidikan, pengetahuan, peran pengawas minum obat (PMO) dan kepatuhan pengobatan pasien TB paru dengan keberhasilan pengobatan pasien tuberkulosis (TB) Paru fase intensif. Rancangan penelitian adalah cross sectional analitik, pendekatan retrospektif dan teknik purpose sampling. Populasi penelitian adalah seluruh pasien TB paru periode waktu Januari 2018 sampai Maret 2019 di Poliklinik Paru Rumah Sakit Mardi Waluyo Blitar sebanyak 119 pasien. Sampel penelitian adalah pasien TB paru dengan BTA positif yang telah menjalani pengobatan fase intensif (2 bulan) periode waktu Januari 2018 sampai dengan Maret 2019 sebanyak 14 pasien. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner dan rekam medik pasien serta Uji statistiknya menggunakan uji Fisher?s Exact. Hasil statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan faktor pendidikan dengan keberhasilan pengobatan pasien tuberkulosis (TB) paru fase intensif (nilai ? = 1.000), tidak ada hubungan faktor pengetahuan dengan keberhasilan pengobatan pasien tuberkulosis (TB) paru fase intensif (nilai ? =1.000), tidak ada hubungan faktor pengawas minum obat (PMO) dengan keberhasilan pengobatan pasien tuberkulosis (TB) paru fase intensif (nilai ?=1.000), tidak ada hubungan faktor kepatuhan pengobatan dengan keberhasilan pengobatan pasien tuberkulosis (TB) paru fase intensif (nilai ?= 0,505). Rumah Sakit hendaknya lebih meningkatkan peran PKMRS serta sosialisasi dan sistem kerjasama penunjukan PMO antara rumah sakit, dinas kesehatan dan faskes wilayah setempat pasien.} }