@thesis{thesis, author={Tania Joselyn}, title ={Perancangan Pusat Rehabilitasi Depresi Tingkat Mild dan Moderate di Jakarta Timur dengan Pendekatan Arsitektur Terapeutik}, year={2021}, url={http://repository.podomorouniversity.ac.id/483/}, abstract={Depresi merupakan gangguan mental paling umum yang masih diselimuti stigma buruk. Menurut Riskesdas pada tahun 2018 hanya 9% penderita depresi yang mencari bantuan secara profesional, gangguan depresi dapat mulai sejak umur 15-24 tahun dengan prevalensi 6,2%. Pola prevalensi ini dapat meningkat seiring pertambahan usia dan berujung pada tingkat severe depression jika tidak diatasi. Menurut studi di tahun 2014, saat pasien depresi ditempatkan dalam kelompok penyakit mental yang lebih parah (skizofrenia,dsb) membuat mereka memiliki persepsi bahwa RSJ merupakan tempat yang negatif dan menakutkan daripada fasilitas yang ramah untuk pemulihan. Selama ini pengaturan bangunan layanan kesehatan gangguan jiwa di Indonesia hanya mencoba untuk memenuhi standar yang ditentukan oleh KEMENKESNAS RI tanpa memikirkan keterkaitannya dengan terapi yang akan diterapkan kepada pasien. Maka diperlukannya pusat rehabilitasi depresi tingkat mild dan moderate yang memiliki atmosfer positif dan mampu mendukung pemulihan pasien. Hal ini diwujudkan melalui arsitektur terapeutik yang dapat menciptakan atmosfer positif dengan melibatkan lingkungan yang restoratif untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan. Perancangan ini berada di Jakarta Timur berdasarkan BPS yang menyatakan bahwa kunjungan gangguan jiwa menduduki posisi pertama. Dilakukannya metode korelasional antara studi preseden dengan indikator atmosfer positif dalam pandangan arsitektur terapeutik yang menghasilkan panduan untuk merancang pusat rehabilitasi depresi mild-moderate, yakni suara, cahaya, warna, geometri ruang, termal dan aroma sebagai indikator arsitektur terapeutik. Indikator tersebut kemudian digunakan sebagai kriteria perancangan yang mutlak. Hasil akhirnya adalah simulasi perancangan menerapkan kriteria tersebut yang diharapkan menjadi salah satu contoh dari penerapan arsitektur terapeutik pada pusat rehabilitasi depresi tingkat mild dan moderate di Jakarta Timur.} }