@thesis{thesis, author={TOLAN Marta Ose}, title ={Membaca Belis Dalam Perkawinan Adat Masyarakat Kolimasang Dalam Terang Teologi Feminis Dan Implikasinya Bagi Karya Pastoral Gereja}, year={2021}, url={http://repository.stfkledalero.ac.id/1024/}, abstract={Belis atau mas kawin dalam perkawinan adat masyarakat Kolimasang dikenal dengan istilah Witi Bala (Kambing Gading). Belis sebagai sebuah satuan nilai dalam proses perkawinan adat, memiliki nilai positif, yakni mempererat tali persaudaraan antara dua keluarga besar dan tanda terima kasih terhadap orangtua mempelai perempuan. Di balik dari sisi positif ini, harus diakui pula nilai-nilai negatif yang terkandung dalam belis tersebut, seperti aspek kepemilikan kaum laki-laki terhadap kaum perempuan, relasi kuasa yang menindas kaum perempuan, dan kurangnya penghargaan terhadap martabat kaum perempuan. Ketimpangan ini pada satu sisi dipengaruhi oleh pola relasi masyarakat Kolimasang yang sangat menjunjung tinggi budaya patriarkat dan di sisi lainnya pengaruh sistem pembelisan itu sendiri. Bertolak dari situasi ini, dalam dunia teologi, dikembangkan berbagai bidang-bidang yang secara spesifik membaca realitas ketimpangan relasi antara laki-laki dengan perempuan dan berusaha untuk membedah secara teologis. Teologi feminis sendiri lahir sebagai sebuah contra terhadap teologi yang terlalu menekankan sistem patriarkis. Konsep dan ketimpangan dalam praktek belis ini merupakan salah satu agenda besar para teolog feminis untuk memperjuangkan keadilan dan martabat perempuan. Teologi feminis sendiri menjadi wadah perjuangan untuk membela harkat dan martabat kaum perempuan. Dengan kata lain teologi feminis tidak menginginkan terjadinya masyarakat di mana semua orang menjadi sama, malainkan adanya penghargaan terhadap keunikan masing-masing anggota masyarakat di dalam komunitas saudara-saudari. Visi besar inilah yang dihendaki oleh penulis bagi masyarakat Kolimasang agar terciptanya komunitas baru yang bermartabat di Kolimasang} }