@thesis{thesis, author={KOTEN Yohanes Valentinus Ratusao}, title ={Peran Keluarga Kristen Bagi Pembentukan Kepribadian Anak yang Ditinggalkan Orangtua Perantau di Paroki St. Antonius Padua Leworahang Dalam Terang Familiaris Consortio dan Implikasinya Bagi Pastoral Keluarga}, year={2021}, url={http://repository.stfkledalero.ac.id/1034/}, abstract={Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengumpulkan data tentang peran keluarga Kristen bagi pembentukan kepribadian anak yang ditinggalkan orangtua perantau di paroki St. Antonius Padua Leworahang dan (2) melihat apakah peran keluarga Kristen bagi pembentukan kepribadian anak yang ditinggalkan orangtua perantau di paroki St. Antonius Padua Leworahang sejalan dengan peran keluarga Kristen bagi pendidikan anak sebagaimana yang diserukan oleh Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Familiaris Consortio. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Peneliti menjadikan peran keluarga Kristen tempat anak yang ditinggakan orangtua perantau berada sebagai objek kajian dalam penelitian ini. Sumber data utama dari penelitian ini adalah keluarga Kristen tempat anak yang ditinggalkan orangtua perantau berada. Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada keluarga Kristen tempat anak yang ditinggalkan orangtua perantau berada. Keluarga-keluarga Kristen yang menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih secara acak dari empat stasi yang ada di paroki St. Antonius Padua Leworahang. Data kualitatif diperoleh peneliti melalui wawancara dengan beberapa tokoh yang dianggap mempunyai pengaruh langsung terhadap kehidupan keluarga Kristen di paroki ini dan beberapa anak yang ditinggalkan orangtua perantau. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan beberapa hal berikut ini. Pertama, para responden sungguh menyadari tugas dan tanggung jawab mereka dalam memberikan pendidikan nilai kepada anak yang ditinggalkan orangtua perantau dan berusaha menjalankan semuanya itu dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan kemampuan mereka. Kedua, para responden mengalami kesulitan dalam memberikan pendidikan nilai tersebut. Ketiga, para responden terus mendorong dan mengingatkan anak-anak tentang nilai-nilai hakiki kehidupan manusiawi tetapi belum mampu memberikan contoh dan teladan yang baik selama proses pendidikan nilai itu berlangsung. Keempat, ada banyak responden yang akhirnya “lepas tangan” terhadap anak karena sudah kehabisan cara untuk mendidik anak yang ditinggalkan orangtua perantau. Kelima, anak yang ditinggalkan orangtua perantau umumnya kurang bahkan tidak mendapatkan perhatian dan cinta kasih dari orangtua. Gereja, melalui Anjuran Apostolik Familiaris Consortio menekankan tentang penting dan tak tergantikannya peran orangtua dalam pendidikan anakanak mereka. Panggilan orangtua untuk menyalurkan kehidupan baru telah menjadikan orangtua sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak. Unsur yang paling mendasar sekaligus menjadi ciri khas dari peranan orangtua dalam pendidikan anak-anak adalah cinta kasih mereka sebagai orangtua. Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawab orangtua dalam pendidikan anak-anak bersifat hakiki, asali dan utama, serta tak tergantikan dan tak dapat diambil alih apalagi diserahkan kepada orang lain atau direbut oleh mereka. Karena orangtua adalah pendidik yang pertama bagi anak-anak maka keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak-anak. Di dalam keluarga itu, orangtua harus mengajarkan kepada anak-anak nilai hakiki kehidupan manusiawi, nilai-nilai kristiani, dan nilai serta norma umum di dalam masyarakat. Selain memberikan nasihat dan dorongan, orangtua juga harus hadir untuk memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anak tentang pelbagai keutamaan di dalam hidup. Seluruh proses pendidikan itu harus membantu anak menuju kedewasaan dalam pelbagai aspek kehidupan, harus membentuk dan menghantar anak-anak kepada kepenuhan martabatnya sebagai pribadi, serta mengarahkan anak-anak kepada kesanggupan mereka untuk bersosialisasi dan turut ambil bagian dalam kehidupan bersama di tengah masyarakat. Berhadapan dengan situasi perantauan di atas, orangtua yang saat ini ada bersama dengan anak yang ditinggalkan orangtua perantau harus tetap memberikan pendidikan nilai kepada anak-anak tersebut berdasarkan panggilan mereka sebagai orangtua Kristen. Cinta kasih harus tetap menjadi prinsip dasar yang menjiwai orangtua dalam memberikan pendidikan nilai kepada anak tersebut. Cinta kasih yang merupakan panggilan yang sangat mendasar bagi setiap manusia dan sudah tertera dalam kodratnya harus menjadi alasan bagi anak-anak untuk juga mengalami cinta kasih itu dari orangtua yang saat ini ada bersama dengan mereka. Selain itu, prinsip-prinsip yang digunakan orangtua Kristen dalam memberikan pendidikan nilai kepada anak-anak pun harus diterapkan juga dalam memberikan pendidikan nilai kepada anak yang ditinggalkan orangtua perantau. Ini merupakan tugas yang tidak mudah. Oleh karena itu, diharapkan agar orangtua dengan penuh kepercayaan dan keberanian tetap menjalankan tugas dan tanggug jawab mereka dalam pendidikan anak-anak, termasuk anak yang ditinggalkan orangtua perantau. Gereja diharapkan untuk tetap memberikan pendampinga} }