@thesis{thesis, author={WEKI Antonius}, title ={Makna Tubumusu Keda Kanga di Wilayah Ulayat Adat Lio-Wolotolo dan Relevansinya dengan Kehidupan Menggereja di Paroki Kristus Raja Wolotolo.}, year={2020}, url={http://repository.stfkledalero.ac.id/158/}, abstract={Fakta sosial yang tidak dapat dipungkiri oleh masyarakat dan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dewasa ini adalah kebudayaan. Kontinuitas pola kebiasaan dan tradisi masyarakat kemudian melahirkan kebudayaannya. Kebudayaan itu juga yang mempengaruhi pola hidup, membentuk karakter dan kepribadian masyarakatnya. Singkatnya, kebudayaan mencerminkan kekhasan hidup masyarakatnya. Tubumusu, keda dan kanga merupakan tiga unsur kebudayaan masyarakat Lio-Wolotolo yang mencerminkan kekhasan masyarakat adatnya. Tiga unsur kebudayaan tersebut adalah bagian integral masyarakat adat Wolotolo yang menjadi kekuatan dan pedoman hidup mereka. Pada saat suka maupun duka masyarakat adat Wolotolo selalu ke tubumusu, keda dan kanga untuk menyampaikan syukur dan memohon berkat perlindungan agar terbebas dari bencana karena bagi mereka (masyarakat adat Wolotolo) tubumusu, keda dan kanga adalah simbol penghubung antara manusia dengan Wujud Tertinggi atau Du’a Ngga’e sekaligus sebagai simbol kehadiran Wujud Tertinggi atau Du’a Ngga’e yang selalu mengawasi aktivitas manusia dan memberi berkat serta kutukan jika perilaku manusia menyimpang dari pada-Nya. Beberapa makna tersirat dari tubumusu, keda dan kanga yang berhubungan dengan kehidupan menggereja di paroki Kristus Raja Wolotolo adalah: Pertama, sebagai tempat ibadat. Bagi masyarakat adat Wolotolo tubumusu, keda dan kanga adalah tempat paling suci dan sakral untuk melaksanakan ritus tahunan secara berkala. Di sisi lain, dalam konteks kehidupan menggereja umat Kristen paroki Kristus Raja Wolotolo menjadikan bangunan gereja sebagai tempat paling suci dan sakral untuk melaksanakan kebaktian atau ibadat setiap hari Minggu dan hari-hari raya. Maka dari itu, tempat ibadat masyarakat adat Wolotolo di tubumusu, keda dan kanga relevan dengan gereja sebagai tempat ibadat umat paroki Kristus Raja Wolotolo. Kedua, sebagai ritus atau ibadat kepada Allah. Sebagaimana ritus yang dilaksanakan oleh masyarakat adat Wolotolo di tubumusu, keda dan kanga tertuju kepada Du’a Ngga’e, demikian pula kebaktian atau ibadat umat Kristen di paroki Kristus Raja Wolotolo tertuju kepada Allah Tritunggal. Ketiga, sebagai simbol. Simbol yang dimaksudkan di sini adalah kehadiran Allah, persatuan dan persekutuan baik dalam masyarakat adat maupun umat Kristen di paroki Kristus Raja Wolotolo. Jadi, pada umumnya makna dan nilai yang terkandung dalam tubumusu, keda dan kanga pada masyarakat adat Wolotolo masih sangat relevan dengan nilai-nilai luhur Kristiani dalam kehidupan menggereja di paroki Kristus Raja Wolotolo.} }