@thesis{thesis, author={KUNE Yohanes Vianey Lae}, title ={Ritus Kusu Bu’e Dalam Budaya Masyarakat Dona Jerebu'u Sebagai Suatu Manajemen Pranikah Dalam Terang Ajaran Gaudium Et Spes}, year={2020}, url={http://repository.stfkledalero.ac.id/34/}, abstract={Perjumpaan Gereja dan kebudayaan adalah perjumpaan paling bahari dan tua dalam sejarah Gereja dan mewarnai tradisi suci Gereja. Ada hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara Gereja dan kebudayaan. Oleh karena itu, Gereja harus bekerja sama dan berdialog dengan kebudayaan sehingga eksistensi Allah menjadi lebih jelas. Konsili Vatikan II telah membuka mata Gereja bahwa Allah juga menyatakan cinta-Nya kepada manusia melalui kebudayaan. Konsili Vatikan II lebih menekankan sikap keterbukaan Gereja untuk menerima kebudayaan, karena Gereja mengakui bahwa keselamatan itu bersifat universal. Kebudayaan menjadi media bagi Allah kepada manusia untuk mewujudkan cinta ilahi-Nya. Dengan demikian, Allah juga hadir dan berbicara melalui kebudayaan. Hal ini bertolak dari pandangan bahwa di dalam kebudayaan terdapat nilainilai yang mengatur kebaikan dan keutuhan hidup manusia. Salah satu unsur kebudayaan yang ditampilkan dalam tulisan ini ialah ritus kusu bue. Ritus kusu bue merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dihidupi dan dipraktekan oleh masyarakat Dona terlebih khusus suku Tipo. Ritus kusu bue menjadi suatu upacara penting berkaitan dengan pendidikan persiapan perkawinan dan pendewasaan para gadis. Konsep dasar, makna dan tujuan ritus kusu bue memiliki kesamaan dengan Manajemen Pranikah dalam Gereja Katolik. Ritus kusu bue dan manajemen pranikah dalam Gereja Katolik sama-sama bertujuan memberikan pendidikan dan pemahaman mengenai makna sejati dari perkawinan. Ritus kusu bue dan manajemen pranikah dalam gereja Katolik sama-sama mengajarkan kepada manusia untuk membangun hidup rumah tangga menjadi lebih baik dengan membangun relasi harmonis di antaranya. Selain itu, pelaksanaan ritus kusu bue dan Manajemen Pranikah dalam Gereja Katolik juga melibatkan pihakpihak lain. Hal ini mau menekankan bahwa usaha untuk membangun kehidupan perkawinan dan keluarga juga merupakan tugas semua orang. Selain itu, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara ritus kusu bue dan Manajemen Pranikah dalam Gereja Katolik. Pertama, perbedaan tempat. Ritus kusu bue dilaksanakan di dalam rumah pingitan, sementara itu tempat pelaksanaan Manajemen Pranikah bisa dilaksanakan pada tempat-tempat tertentu sesuai dengan kondisi daerah tersebut. Kedua, perbedaan waktu. Waktu pelaksanaan ritus kusu bue dibuat bersamaan dengan pesta reba yang biasanya jatuh pada bulan Desember sampai permulaan bulan Januari. Ritus kusu bue dilaksanakan selama tujuh hari tujuh malam dalam satu kali proses kusu bue. Sementara itu dalam melaksanakan Manajemen Pranikah memiliki tenggang waktu yang berbeda-beda berdasarkan kebijakan setiap paroki. Ritus kusu bue dan Manajemen Pranikah dalam Gereja Katolik sama-sama mau menunjukkan bahwa pendidikan persiapan pranikah merupakan momen penting untuk membantu manusia dalam membangun rumah tangga.} }