@thesis{thesis, author={Setiawan Roni}, title ={ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L.) DI KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR}, year={2021}, url={http://repository.ugr.ac.id:1015/1020/}, abstract={Sektor pertanian di Kabupaten Lombok Timur merupakan tulang punggung perekonomian daerah, oleh karena itu sektor pertanian akan mendapat perhatian yang besar dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Lombok Timur. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2020, Kecamatan Terara merupakan salah satu kecamatan penghasil produksi padi di Kabupaten Lombok Timur dengan luas tanam 4.466 Ha, produksi 24.831 ton, dan produktivitas 5,56 ton/Ha.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya, pendapatan, dan kendalakendala yang di hadapi petani pada usahatani padi di Kecamtan Terara Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini dilaksanakan di tiga desa yakni Desa Suradadi,Desa Lando, dan Desa Santong, yang di tentukan secara purposive sampling dengan jumlah responden ditetukan secara proporsional rondom sampling, yairu Desa Suradadi 9 petani responden, Desa Lando 12 petani responden, dan Desa Santong 9 petani responden. Sedangkan penentuan responden pada masing-masing desa menggunakan taknik Rondom Sampling (Probability Sampling) pengambilan secara acak, yang dilakukan secara undian atau lotre. Analisis data dilakukan dengan cara tabulasi menggunakan data kuantitatif dan kualitatif, untuk data kuantitatif diolah dengan total profit, sedangkan data kualitatif disajikan atas kondisi lapangan. Hasil dari penelitian menenjukkan bahwa rata – rata total biaya produksi (Total Cost) yang di keluarkan petani sebesar Rp. 15.864.967,- per luas lahan garapan atau Rp. 20.098.287,- per hektar, sedangkan rata-rata penerimaan (Gross Return) sebesar Rp. 21.153.608,- per luas lahan garapan atau Rp. 26.798.296,-per hektar, sehingga pendapatan (Net Return) sebesar Rp. 5.326.047,- per luas lahan garapan atau Rp. 6.748.461,- per hektar. Sedangkan kendala-kendala yang di hadapi petani padi padi kecamtan terara kabupaten lombok timur dari 30 petani, 20 petani (66,6%) yang mempunyai kendala kendala berupa hama, penyakit dan air, sedangkan 10 petani (33,4%) yang mempunyai kendala berupa modal dan harga.} }