@thesis{thesis, author={Andhika Alexander and Jennifer Elim }, title ={Gambaran psychological capital pada pemilik online shop di media sosial instagram}, year={2019}, url={http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/20221/}, abstract={Setelah dunia memasuki Revolusi Industri 4.0, terjadi perkembangan pesat dalam bidang digital. Hal ini memicu munculnya banyak toko yang berbasis digital, salah satunya adalah online shop. Seorang pemilik usaha harus memiliki modal psikologis yang kuat dalam mengalami perubahan transisi dari toko konvensional menjadi online shop. Modal psikologis ini dalam psikologi disebut sebagai psychological capital. Psychological capital untuk dimiliki pebisnis online, namun masih sedikit penelitian yang menggali tentang pentingnya psychological capital pada pebisnis online. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psychological capital pada pemilik online shop di media sosial Instagram. Psychological capital sendiri merupakan perkembangan kondisi psikologi positif seseorang dengan 4 aspek utama, yaitu: resiliensi, efikasi diri, harapan, dan optimisme. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif fenomenologi yang menerapkan teknik analisis data deduktif. Informan di dalam penelitian ini adalah pemilik online shop di media sosial Instagram yang sudah bertahan kurang lebih 3.5 tahun, merupakan pekerjaan satu-satunya informan, dan sudah balik modal usaha. Informan dipilih dengan menggunakan teknik snowball dan purposive, dimana informan dicari berdasarkan kriteria khusus lewat informasi informan sebelumnya. Hasil dari penelitian ini menggambarkan dinamika psychological capital individu yang berhasil menjalankan online shop-nya di Instagram. Hasil dari ketiga informan menunjukkan adanya ke-empat aspek psychological capital, yaitu harapan, efikasi diri, resiliensi, dan optimisme. Munculnya ke-empat aspek ini menandakan pentingnya psychological capital dimilikki oleh pemilik online shop. Pada gambaran ketiga informan juga ditemukan faktor yang mempengaruhi psychological capital mereka seperti, yaitu dukungan sosial, spiritualisme, continuous learning dan marital status.} }