@thesis{thesis, author={Elisabet Widyaning and Emma Lini }, title ={Kesempurnaan dalam ketidaksempurnaan: gambaran subjective well-being pada orang yang memiliki pasangan penyandang disabilitas fisik}, year={2019}, url={http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/20252/}, abstract={Setiap manusia mengalami tahap perkembangan intimacy vs isolation menurut Erikson (dalam Feldman, 2011: 417). Jadi tugas perkembangan pada masa ini adalah mencari pasangan hidup dan melakukan ikatan perkawinan. Pada nyatanya, tidak semua manusia memiliki fisik yang sempurna. Beberapa manusia terlahir atau mengalami disabilitas fisik karena beberapa sebab. Manusia yang mengalami disabilitas fisik memiliki tugas perkembangan yang sama dengan manusia normal pada umumnya. Jumlah orang yang menikah dengan penyandang disabilitas fisik sedikit karena selain butuh perjuangan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, mereka juga memiliki risiko dinilai negatif oleh lingkungan. Meski demikian, beberapa orang yang menikah dengan penyandang disabilitas fisik dapat menunjukkan emosi positif sebagai bagian dari afeksi positif yang termasuk aspek dari subjective well-being. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran subjective well-being pada orang-orang yang memiliki pasangan penyandang disabilitas fisik. Dengan metode penelitian kualitatif fenomenologi, peneliti melakukan wawancara kepada tiga orang dengan kriteria menikah dengan penyandang disabilitas fisik, serta usia pernikahan lebih dari 2 tahun. Dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik analisis inductive thematic analysis, ditemukan bahwa rumah tangga mereka tidak jauh berbeda dengan rumah tangga pada umumnya. Informan menilai rumah tangganya membahagiakan dan merasa bersyukur, tidak mempedulikan pandangan orang lain terhadap pasangannya dan menerima kondisi pasangannya dari sebelum menikah. Sementara informan yang merasa tidak bahagia pada rumah tangganya disebabkan perlakuan pasangan padanya. Tetapi pada akhirnya, semua informan memutuskan bertahan pada rumah tangganya, menerima pasangan apa adanya, dan mengalah pada pasangan.} }