@thesis{thesis, author={Agatha Winda and Anastasia Yuni and Azaria }, title ={Mitos kecantikan pada tayangan Grand Final Puteri Indonesia 2019 (Sebuah studi semiotika Roland Barthes)}, year={2019}, url={http://repository.ukwms.ac.id/id/eprint/20399/}, abstract={Kontes kecantikan Puteri Indonesia hingga tahun 2019 masih saja stagnan dan menggunakan standar kecantikan yang sama serta telah dibentuk selama bertahun-tahun. Meski begitu, tayangan Puteri Indonesia masih terus ada dan terus ditayangkan. Tayangan ini menampilkan bahwa hampir seluruh para kontestan Puteri Indonesia memiliki aspek-aspek fisik yang sama. Kriteria Brain, Beauty, Behavior yang diklaim oleh Puteri Indonesia sendiri justru tidak tampak, tayangan tersebut hanya menampilkan kecantikan fisik yang hanya bisa dimiliki oleh segelintir perempuan saja. Konstruksi mengenai kecantikan akhirnya tidak representatif dengan tujuan awal Puteri Indonesia serta menciptakan konstruksi yang tidak adil. Praktek industri diduga berkaitan dengan pembentukan konstruksi yang tidak adil ini. Industri-industri yang berkaitan dengan kecantikan seperti industri busana, kosmetik, klinik kecantikan, hingga obat diet menciptakan permintaan agar produknya dapat dipasarkan dan dibeli oleh masyarakat yang telah menelan konstruksi kecantikan dari media. Penelitian ini mengungkap bagaimana mitos kecantikan yang terkandung dalam tayangan salah satu kontes kecantikan di Indonesia yaitu Puteri Indonesia 2019. Dengan menggunakan metode penelitian semiotika milik Roland Barthes, peneliti menemukan beberapa mitos. Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa perempuan ditonjolkan fisiknya saja dan digunakan sebagai komoditas fashion, isu perempuan bergeser menjadi seputar kecantikan, dan industri kecantikan dijalankan dengan menggunakan standar laki-laki. Patriarki dalam industri kecantikan menindas dan menyerang perempuan secara tidak langsung dengan menggunakan mitos kecantikan.} }