@thesis{thesis, author={Rafahmi Febry Nur}, title ={Penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan puisi Telepon Genggam karya Joko Pinurbo / Febry Nur Rafahmi}, year={2011}, url={http://repository.um.ac.id/10010/}, abstract={Kata kunci gaya bahasa puisi. Gaya bahasa adalah cara seseorang mengungkapkan pikiran perasaan serta keinginannya melalui bahasa secara khas dan kreatif untuk menimbulkan efek keindahan tertentu pada karya sastra. Gaya bahasa dalam puisi memiliki ciri khas yang kuat serta makna yang dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis gaya bahasa yang banyak digunakan dalam kumpulan puisi Telepon Genggam karya Joko Pinurbo. Latar belakang dilakukannya penelitian ini karena di dalam kumpulan puisi Telepon Genggam terdapat banyak gaya bahasa yang khas dan unik serta belum banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian ini adalah (1) gaya bahasa perbandingan (2) gaya bahasa pertentangan (3) gaya bahasa pertautan dan (4) gaya bahasa perulangan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data penelitian ini berupa paparan teks puisi dalam kumpulan puisi Telepon Genggam karya Joko Pinurbo. Data ini diperoleh dari 32 puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi Telepon Genggam karya Joko Pinurbo. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai instrumen kunci dengan teknik dokumentasi dan dibantu tabel pengumpul data. Analisis data dilakukan dengan pendekatan semiotik. Dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber triangulasi peneliti triangulasi metode maupun triangulasi teori untuk pemeriksaan keabsahan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam kumpulan puisi Telepon Genggam karya Joko Pinurbo ditemukan pemakaian 8 gaya bahasa yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri sesuai bentuk dan konteks penggunaannya. Dalam kumpulan puisi Telepon Genggam karya Joko Pinurbo gaya bahasa metafora dibagi menjadi 6 bentuk dan memiliki fungsi antara lain (1) memberi penegasan sifat pada sebuah benda (2) membentuk frasa-frasa benda yang imajinatif (3) menciptakan imajinasi absurd untuk memperkaya makna puisi. Gaya bahasa personifikasi dalam kumpulan puisi Telepon Genggam dapat dibagi menjadi 4 bentuk dan memiliki fungsi antara lain (1) melukiskan ciri fisik perilaku serta sifat-sifat manusia pada benda mati untuk menghidupkan suasana dalam puisi (2) melukiskan perilaku binatang pada benda mati untuk menekankan situasi mencekam. Gaya bahasa paradoks dibagi menjadi 2 bentuk dan memiliki fungsi antara lain (1) mengungkapkan kritik secara implisit (2) melukiskan suatu keadaan yang bersifat ironis. Gaya bahasa hiperbola dibagi menjadi 2 kelompok dan memiliki fungsi antara lain (1) memberikan kesan dramatis dengan melebih-lebihkan intensitas jumlah (2) memberikan kesan dramatis dengan melebih-lebihkan intensitas suasana. Gaya bahasa sinekdoke dibagi menjadi 2 bentuk dan memiliki fungsi antara lain (1) memperindah pelukisan suasana dengan menyebutkan sebagian hal untuk mewakili keseluruhan (2) memperindah pelukisan suasana dengan menyebutkan keseluruhan hal untuk mewakili sebagian dari hal tersebut. Gaya bahasa metonimia dibagi menjadi 5 kelompok dan memiliki fungsi antara lain (1) mengkonkretkan suasana berdasarkan hubungan spasial (2) mengkonkretkan kata benda abstrak (3) mengkonkretkan sifat dan bentuk. Gaya bahasa aliterasi dibagi menjadi 6 kelompok dan memiliki fungsi antara lain (1) menciptakan efek dramatis pada pelukisan suasana (2) menciptakan efek dramatis pada pelukisan sifat. Sedangkan gaya bahasa asonansi dalam kumpulan puisi Telepon Genggam tersebut dibagi menjadi 5 kelompok dan memiliki fungsi antara lain (1) menciptakan efek dramatis pada keadaan sebuah benda (2) menciptakan efek dramatis pada sebuah peristiwa. Peneliti memaknai setiap gaya bahasa berdasarkan interpretasi peneliti sendiri. Berkaitan dengan hasil penelitian ini disajikan saran berikut. Kepada peneliti bahasa disarankan untuk mengadakan penelitian terhadap gaya bahasa puisi-puisi kontemporer yang lain selain karya dari Joko Pinurbo. Peneliti selanjutnya hendaknya lebih diperluas lagi kajiannya mengingat penelitian gaya bahasa terhadap puisi kontemporer masih jarang dilakukan. Kepada guru dan pembelajar bahasa Indonesia disarankan agar menggunakan temuan penelitian ini sebagai salah satu materi pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Hal ini diajukan dalam rangka mengembangkan kreatifitas siswa di bidang sastra. Kepada pembaca dan masyarakat umum disarankan agar lebih mencintai karya sastra Indonesia terutama puisi. Kemudian yang terakhir saran disampaikan kepada para penyair agar lebih memperhatikan penggunaan gaya bahasa yang tepat untuk dapat menimbulkan efek keindahan dan kepuitisan dalam karya sastranya. } }