@thesis{thesis, author={Dirgahayu Dian Putri}, title ={Perbedaan kepuasan perkawinan pada masa 5 tahun pertama pada suami yang sudah memiliki anak dan belum memiliki anak / Dian Putri Dirgahayu}, year={2009}, url={http://repository.um.ac.id/100551/}, abstract={ABSTRAK Dirgahayu Dian Putri 2009. Perbedaan Kepuasan Perkawinan pada Masa 5 Tahun Pertama Pada Suami yang Sudah memiliki Anak dan Belum Memiliki Anak. Skripsi Program Studi Psikologi Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I)Dr Fattah Hanurawan M.Si. M.Ed. (II)Ika A. Farida M.Psi. Kata kunci kepuasan perkawinan 5 tahun pertama kepemilikan anak Dalam setiap perkawinan kehadiran anak seringkali dianggap sebagai syarat mutlak untuk menentukan kebahagiaan dan kelangsungan perkawinan itu sendiri. Walaupun tidak jarang ada pasangan tetap dapat menjalani perkawinan meskipun tanpa anak. (dalam Yulia 2006). Secara psikologis kehadiran anak di dalam keluarga dapat menyemarakkan suasana. Maka dari itu berkembanglah persepsi yang mengatakan bahwa tanpa anak sebuah perkawinan akan terasa hampa (dalam Pernamasari 2008). Sebuah riset di Amerika menyatakan bahwa 1 dari 2 pernikahan mengalami penurunan kualitas pernikahan sejak anak pertama lahir hal itu disebabkan banyak suami merasa disisihkan istrinya (dalam Lianawati 2007). Banyak penelitian menunjukkan bahwa kehadiran anak meningkatkan stabilitas perkawinan dan secara bersamaan mengurangi kepuasan perkawinan (dalam Haseley 2006). Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) tingkat kepuasan perkawinan pada suami yang sudah memiliki anak (2) tingkat kepuasan perkawinan pada suami yang belum memiliki anak (3) perbedaan kepuasan perkawinan pada suami yang sudah memiliki anak dan belum memiliki anak. Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan komparatif dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Kepuasan perkawinan diukur dengan skala kepuasan perkawinan. Subyek penelitian adalah 62 suami di Kotamadya Malang yang terdiri dari suami yang sudah memiliki anak dan belum memiliki anak. Data yang terkumpul dianalisa dengan Uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tingkat kepuasan perkawinan pada suami yang sudah memiliki anak berada pada kategori tinggi (2) tingkat kepuasan perkawinan pada suami yang belum memiliki anak berada pada kategori tinggi (3)Ada perbedaan kepuasan perkawinan yang signifikan antara suami yang sudah memiliki anak dan belum memiliki anak dan kepuasan perkawinan suami yang belum memiliki anak lebih tinggi dibanding kepuasan perkawinan suami yang sudah memiliki anak. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan bagi suami yang sudah memiliki anak untuk merawat kemesraan mengatur waktu pembagian kerja dan pengasuhan anak dan refreshing. Bagi suami yang belum memiliki anak disarankan tetap merawat kemesraan diantara suami istri agar hubungan antara suami istri tetap harmonis dan kepuasan perkawinan yang dirasakan tetap tinggi. Diperlukan juga penerimaan perubahan pola pikir dan gaya hidup dalam masyarakat agar tidak berkembang paradigma yang menyudutkan keadaan atau situasi yang sedang dialami oleh pasangan suami-istri berkaitan dengan status kepemilikan anak } }