@thesis{thesis, author={Agnes Elmy Idajati 056610788}, title ={Pengaruh Penambahan Kolesterol terhadap Kandungan Steroida Kalus Solanum Wrightii Benth dan Solanum Indicum L.}, year={1991}, url={https://repository.unair.ac.id/10079/}, abstract={Pada kultur kalus Solanum wrightii Benth yang ditumbuhkan dalam Laboratorium Bioteknologi Fakultas Farmasi Unair, tidak terdeteksi adanya solasodina, senyawa spes.ifik tanaman asalnya. Begitu pula dengan kultur kalus Solanum indicum. L. Tschesche dan Brennecke melaporkan bahwa biosintesis solasodina melalui kolesterol. Atipayakul dan Jatisatienr berhasil mendeteksi adanya solasodina pada kultur kalus Solanum laciniatum. dengan penambahan kolesterol. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut maka dicoba dilakukan penambahan kolesterol pada kultur kalus Solanum wrightii Benth dan Solanum indicm L, untuk .mengetahui pengaruh yang ditimbulkan terhadap kandungan steroidanya. Dalam penelitian ini, koneentrasi kolesterol yang ditambahkan dalam media adalah : 300, 500, 700 dan 900 ppm. Setelah masa waktu tertentu, kalus dipanen dan dikeringkan. pada aerbuk kering kalus dilakukan dua cara ekstraksi. Pada cara I, serbuk kering kalus langsung dihidrolisis dengan HC1 2 N ; selam 2 jam pada suhu 100°C, kemudian dibasakan dengan NaOH 10 N sampai pH 10 dan diekstraksi dengan kloroform menggunakan ultraeonik dan vorteks. Fase kloroform disebut fraksi total hidrolisat yang selanjutnya dianalisis dengan KLT dan GC-MS- Pada cara ekstraksi II, serbuk kering kalus diekstraksi dahulu dengan kloroforrn, filtratnya diu&pkan dan dianalisis dengan KLT. Residu dihidrolisis seperti pada cara I dan didapatkan fraksi hidrolisat yang selanjutnya dianalisis dengan KLT dan GC. Dari hasil pengamatan dan analisis data diketahui bahwa pertumbuhan kalus Solanum. indicum. L dipengaruhi oleh 'penambahan kolesterol, tetapi kalus SoLanum. wrightii Benth tidak. Warna kalus tetap hijau dan tidak terjadi diferensiasi sel. Hasil analisis KLT fraksi total hidrolisat (cara I) dan fraksi hidrolisat (cara II) dari serbuk kering kalus dengan menggunakan fase gerak kloroforrn : metanol = 9 : 1 dan penampak bercak dragendorf, tidak terdeteksi adanya solasoduna dan solasodiena, tetapi terdapat beberapa bercak yang positip terhadap penampak bercak dragendorf. Dengan menggunakan fase gerak kloroforrn : etil asetat = 9 : 1 dan penampak bercak anisaldehida-sulfat diketahui bahwa dalam ekstrak kloroforrn maupun fraksi hidrolisat terdeteksi adanya golongan sterol dalam bentuk bebas dan bentuk glikosidanya. Hasil analisis dengan GC menunjukkan bahwa tidak terdeteksi adanya solasodina. Dari hasil analisis dengan cara GC-MS dapat diketahui bahwa golongan sterol yang terdeteksi terdiri dari empat komponen, yaitu kolesterol,kampesterol, stigmasterol dan sitosterol. Komposisi fitosterol ini relatip dapat dipengaruhi oleh penambahan kolesterol dari l.uar. Untuk mendapatkan informasi yang lebih lanjut tentang biosintesis steroida terutama solasodina pada kultur kalus Solanum wrightii Benth dan Solanum indicum L, perlu dilakukan penelitian berikutnya, misalnya percobaan dengan kultur suspensi atau percobaan pengaruh penambahan sat antara yang lain.} }