@thesis{thesis, author={Victoria Cindy }, title ={Hubungan Antara Kecenderungan Alexithymia Dengan Agresivitas Pada Usia Remaja}, year={2021}, url={https://repository.unair.ac.id/109046/}, abstract={Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara alexithymia dan agresivitas pada usia remaja. Prevalensi kekerasan pada remaja yang tinggi pada beberapa tahun terakhir menunjukkan seriusnya permasalahan agresivitas dalam kehidupan remaja. Agresi dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk perilaku individu yang ditujukan untuk membahayakan, merugikan, atau menyakiti individu lain. Agresivitas pada remaja seringkali terjadi karena dipengaruhi oleh masalah emosional, seperti kurangnya kesadaran emosi dan kesulitan mengekspresikan emosi yakni alexithymia. Kesulitan memahami emosi dapat menyebabkan kebingungan dalam memberikan respon emosional sehingga berujung pada pengungkapan emosi yang tidak tepat seperti respon agresif. Hal tersebut menunjukkan pentingnya kesadaran emosi pada remaja dalam menghadapi situasi negatif. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode survei. Teknik pemilihan sampel yaitu purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak 206 remaja yang berusia 12-19 tahun dan tidak mengonsumsi narkoba/alkohol setidaknya sebulan terakhir. Penelitian ini menggunakan skala agresi BPAQ-29 yang disusun oleh Buss & Perry (1992) dan skala alexithymia TAS-20 yang disusun oleh Taylor, Bagby, & Parker (1999). Analisis data dilakukan dengan teknik statistik Spearman’s Rank dengan bantuan program SPSS versi 22.0 for windows. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara alexithymia dan agresivitas pada usia remaja, r(204) = 0,41, p = 0,000. Persentase tertinggi variabel alexithymia pada remaja berada pada skor tertinggi, sedangkan persentase tertinggi variabel agresivitas berada pada skor moderat. Uji perbedaan menunjukkan adanya perbedaan usia pada variabel agresivitas. Hasil penelitian ini mengimplikasikan adanya masalah emosi dan agresi pada usia remaja yang cukup tinggi sehingga perlu pencegahan masalah mental yang lebih parah bagi remaja di kemudian hari.} }